Page 22
.
.
Laura tersentak dan terkesiap. Ia melirik sekitarnya, dan menemukan dirinya dalam sebuah ruangan bernuansa putih abu-abu yang terlihat asing. Ruangannya tidak terlalu besar seperti kamarnya yang berada di mansion, tapi di dalam terdapat 2 pintu lain yang Laura yakini pasti berisi kamar mandi dan walk in closet. Kasurnya juga sangat empuk, meskipun tidak berukuran king atau queen size, namun kasur ini masih dapat menampung 2 orang pria dewasa seukuran Arlo.Laura bangkit dan melipat selimutnya, berkaca pada cermin besar di depan kasur dan menyadari trench coat yang tadi melekat di tubuhnya kini menghilang. Untungnya, dress yang ia kenakan masih membalut tubuhnya dan tidak turut menghilang, Laura menghela napas lega. Dia melangkah menuju pintu yang berwarna hitam—satu-satunya pintu yang memiliki warna berbeda.
"Huh?"
Anehnya... Benda tersebut tidak memiliki gagang pintu. Apa Laura diculik oleh seseorang? Atau Andrew yang telah menculiknya? Dada Laura berdebar keras karena efek panik.
"Somebody here?!" Laura menggedor-gedor pintu itu dan berseru keras. Dan tidak sampai tiga detik, benda tersebut tiba-tiba bergeser disertai dengan suara-suara menyerupai benturan antar buku dan kayu.
"Arlo?" Herannya. Laura mundur selangkah melihat pria itu maju dengan langkah lebar dan tergesa, lalu tubuhnya diraih oleh Arlo. Dia memeluknya kencang seolah telah kehilangan Laura dan baru saja kembali menemukannya. "Dimana ini?"
"Di ruanganku. Kenapa kau berteriak, baby girl? Kukira kau mengalami sesuatu," Arlo merendahkan kepalanya, mulutnya meraih bibir Laura dan melumatnya. Laura berusaha menghindar, merapatkan bibirnya dan berpaling kesana-kemari sebelum tengkuknya ditahan oleh tangan Arlo agar diam dan menerima ciumannya yang kasar.
"Mmffthh,"
Arlo menggigit bibir bawahnya, menyebabkan Laura membuka mulutnya terkesiap. Sontak Arlo melesakkan lidahnya, memeluk pinggangnya erat dan mendorongnya untuk kembali berbaring ke kasur.
"Apa kau sangat lelah, Laura? Kau tidur sangat lama dan membiarkanku sendirian di sana." Arlo menghisap lidahnya, bermain-main dengan bibirnya dan menjilati saliva yang terbentuk seperti benang ketika bibir mereka terpisah. Dia mengerang nikmat merasakan kelembutan bibir Laura.
"Enghh..." Arlo menjilati lehernya, terus turun hingga berhadapan dengan dadanya. Dengan cepat Arlo menarik turun lengan bahu Laura hingga ke bawah payudaranya—membuat pakaian itu seolah menahan buah dadanya dari bawah dan membuatnya semakin ranum.
"Ahh, aku merindukan mereka—" telapak tangan Arlo terasa dingin ketika menangkup semua payudaranya. Dia meremas-remasnya, memijit dan memainkan puncak payudara Laura. "Sangat kenyal... Dan sangat pas untuk tanganku."
"Mhhh." Laura menggigit bibirnya menahan erangan. Matanya melirik ke bawah, menyaksikan sendiri buah dadanya yang diremas-remas oleh tangan kekar Arlo hingga beberapa detik kemudian, putingnya yang mengeras dilahap oleh pria itu—membuatnya gagal menahan desahan. "Aaahh, Arlo."
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...