Page 13
.
.17.15pm.
Laura menelan ludahnya merasa haus. Demi Tuhan! Dirinya sama sekali belum mengisi perut kecuali segelas jus alpukat saat di kafetaria bersama Kate tadi pagi—dan Arlo dengan kejamnya malah mengunci Laura di dalam kamar. Apa kakak tirinya yang cabul itu tidak memikirkan jika Laura bisa saja pingsan akibat kelaparan?
Dan kenapa juga ia tidak menemukan ponselnya? Padahal niat Laura ingin mengadukan perbuatan Arlo pada Anne, namun sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Apa ponsel Laura tertinggal di Kafetaria? Atau malah tidak sengaja terjatuh di dalam mobil Catherine? Laura akan mencari tahunya nanti.
Laura berbaring di sofa yang terletak di samping tempat tidurnya. Ia menghela napas. Ingin tidur, tapi percuma jika dirinya sedang merasa lapar dan haus.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
Laura menyerah. Gadis itu bangkit berdiri dan berjalan lemas menuju kamar mandi. Laura berhenti di depan wastafel yang bersih dan besar. Ia menunduk, menimang sesuatu yang mungkin dapat membuatnya sakit perut.
Declan dan Arlo adalah orang kaya. Pasti air di rumah ini semuanya bersih dan higienis, bukan? Laura tidak tahu, namun gadis itu sama sekali tidak ragu saat bibirnya menenggak air dari keran.
Biarlah Laura meminum air keran. Yang penting tenggorokannya sudah tidak terasa perih karena kehausan. Lagipula Anne tidak akan tahu, jadi Laura tidak perlu merasa khawatir akan mendapat omelan dari wanita itu.
Setelah selesai, Laura menuju walk in closet untuk mengganti bajunya yang basah akibat terkena air. Ia memutuskan untuk memakai kaus berlengan panjang dan celana tidur bergambar bunga-bunga yang Laura ketahui itu bukan miliknya sedari dulu. Sebenarnya ia ingin memakai baju tidurnya yang bergambar snow white, namun sepertinya sekarang dirinya perlu mencoba beberapa baju baru yang tidak sedikit entah pemberian dari Anne atau Declan karena Laura sama sekali belum pernah mencobanya.
Gadis itu keluar dari tempat tersebut dan kembali lagi menuju kasurnya. Laura duduk bersandar pada kepala ranjang, tangannya turun mengelus perutnya yang terasa penuh dan kembung. Mungkin karena rasa haus dan laparnya sudah hilang, kini Laura jadi mengantuk. Laura sepertinya akan tidur saja. Dan dirinya akan bersyukur jika ia bangun nanti, hari sudah berganti sehingga malam ini dirinya tidak perlu bertemu dengan Arlo.
"Ya, berdoa saja," gumam Laura pada dirinya sendiri. Ia mulai berbaring, melebarkan selimut tebalnya untuk menutupi sebagian tubuhnya.
Brak
Laura langsung membuka kedua matanya saat mendengar dentuman suara yang cukup keras. Kelopak matanya memang terbuka, namun ia sendiri masih merasa linglung ketika menyadari dirinya baru saja terbangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...