Page 03
.
.Laura menatap gelasnya yang berisi susu berperisa vanila. Ia ragu akan meminumnya atau tidak. Masalahnya, ia tidak tahu apakah Arlo memasukkan sianida di susu ini atau tidak. Bisa saja pria itu berbohong jika Anne memerintahkannya untuk membawakan susu ini bukan?
Laura menghirup aroma susu itu yang sangat menggoda. Ia mempertimbangkan sejenak, kemudian setelah beberapa detik hening, ia meminum habis susu itu.
Laura meletakkan gelasnya pada atas meja nakas di samping tempat tidur. Setelahnya ia membaringkan tubuhnya. Kasurnya sangat empuk, meskipun kasur di apartemen yang Laura tinggali sebelumnya juga empuk, namun jelas kasur yang kini sedang ditempatinya jauh lebih nyaman. Hanya sekali melihat saja, Laura langsung dapat menebak jika kasur ini berlabel terkenal yang sering Laura lihat di televisi.
Laura melepaskan cepolan rambutnya, kemudian bangkit berdiri untuk mematikan sakelar lampu karena Laura tidak bisa jika tidur dalam keadaan lampu menyala.
Gadis itu berbaring miring, lalu memejamkan kelopak matanya. Laura berharap saat ia bangun besok pagi, seluruh penghuni rumah sudah pergi melakukan aktivitasnya sehingga ia tidak perlu merasa tidak nyaman hidup layaknya seorang putri di sini.
┈─⊹
Laura membuka matanya ketika merasakan cahaya matahari mulai meninggi. Gadis itu mengamati jarum jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Ia menghela napas lega, di jam seperti ini tentu saja setiap orang sudah bekerja.
Laura memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Bahkan luas kamar mandi sama lebarnya dengan kamar Laura yang berada di apartemennya. Untung saja ia mengerti cara menggunakan shower dan bath up, jadi dirinya tidak perlu meminta kepada orang lain untuk mengajarinya.
Laura melepas bra yang menjadi kain terakhir yang menutupi bagian tubuhnya. Ia berendam di dalam bath up menggunakan air hangat, Laura menyukainya. Tubuhnya yang sebelumnya kaku terasa lebih relax dan lemas setelah berendam di air hangat. Meskipun Laura menyukai kegiatannya, namun gadis itu tidak terbiasa mandi dalam waktu yang lama. Laura segera beranjak dari kamar mandi dan berganti pakaian mengenakan dress putih sepanjang lututnya.
"Morning, Pumpkin." Laura menoleh pada Anne yang sedang berkutat pada bekal makanan di dapur. Kebetulan sekali, Laura juga belum sarapan. Apa Anne menyiapkan bekal itu untuknya?
"Morning, Mom. Apa itu untukku?" Tanya Laura, ia menggeser sebuah bangku yang berada di meja makan berbentuk lingkaran di dalam dapur.
"Of course not. Andrew akan mengantarkanmu ke kantor Arlo, bawalah makanan ini untuknya. Dia belum sarapan."
"Mom, aku juga belum sarapan," Laura sedikit mengerucutkan bibirnya, merasa cemburu Anne lebih perhatian pada Arlo.
"Kau bisa makan roti diperjalanan nanti, Laura. Mommy akan membuatkanmu sarapan. Kau bisa memakannya setelah mengantarkan makanan ini," Anne menyodorkan paper bag yang telah diisi dengan bekalnya. Wanita itu tersenyum pada Laura, "C'mon, Laura, dia kakakmu. Kau tidak ingin bukan, jika dia terus bersikap dingin padamu?"
Laura menghela napas panjang, kemudian mengambil tas itu dan berjalan menuju pintu utama. Dia bahkan tidak repot-repot berdandan serta berganti pakaian. Laura hanya perlu mengantarkan bekal ini, kemudian pulang ke rumah. Tidak ada hal penting yang mengharuskan Laura mempercantik diri.
"Good morning, Miss Laura." Sapa Andrew.
"Good morning, Andrew. Bisakah kau mengantarkanku ke kantor Arlo?"
"Of course, Miss Laura. Saya akan mengantarkan anda menuju kantor Mr. Arlo."
Andrew dengan sigap membukakan pintu untuk Laura. Laura tersenyum dan mengucapkan terimakasih, kemudian duduk dengan nyaman di dalam mobil yang sama dengan mobil yang menjemputnya kemarin sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...