Page 12
.
.
"Bukan urusanmu."Wah, silahkan bertepuk tangan untuk keberanian Laura. Terbukti sedetik setelah ia berkata demikian, raut wajah Arlo menggelap. Laura berdehem, lalu mundur selangkah dari hadapan pria itu. Demi Tuhan, kenapa mulutnya ini selalu tidak terkontrol?
"Bukan urusanmu?" Ulang Arlo. Pria itu maju selangkah mengikuti pergerakan Laura, sedangkan matanya mulai meneliti setiap sudut ruangan di sekitarnya. Merasa posisi mereka aman, dengan sigap Arlo menarik pergelangan tangan Laura dan menyatukan kedua telapak tangan mereka dengan kuat. Sehingga jika para pelayan melihatnya, Arlo hanya tampak sedang menggandeng erat adik kecilnya yang manis.
Arlo setengah menyeret Laura menuju lift yang sialnya terasa jauh. Arlo menoleh ke kanan dan ke kiri, merasa aman, ia langsung menyentak lengan Laura dan menggendongnya ala pengantin. Tangannya yang melingkari bahu dan bagian lutut gadis itu terasa kuat-seolah memperingati Laura agar diam dalam gendongannya. Arlo melangkah semakin cepat dan lebar ketika lift telah berada dalam jangkauan pandangannya.
Arlo menurunkan badan Laura dan langsung memojokkan tubuh gadis itu saat mereka telah berada di dalam dan pintu lift tertutup. "Gadis kecil yang nakal. Tidak mematuhi peraturan dan berani pada kakaknya... Apa yang sedang kau pikirkan hingga berlaku seperti itu, baby girl?"
Laura mengalihkan pandangannya ke samping hingga melihat pantulan dirinya di dinding lift. Pantulan itu seolah sedang memperingatinya, memaksa Laura agar sadar bahwa jika dirinya melawan Arlo, Laura tetap akan kalah karena ia melihat bayangan refleksi dirinya yang bahkan sangat mungil dari besar tubuh Arlo.
"Baby girl?"
Laura meremat tas yang masih bersamanya. Gadis itu menoleh dan mendongak menatap Arlo. "I-I'am sorry. Aku sedang menginginkan sesuatu, karena itu aku keluar... Lagipula Mommy mengizinkanku asal tidak berlama-lama."
"Dan apa yang sedang kau inginkan? Kenapa kau tidak menghubungiku, Laura?"
"Kau lupa jika aku tidak mempunyai nomor ponselmu?" Sambar Laura. Alasan yang cukup bagus. Lagipula, Laura memang tidak menyimpan nomor kontak kakak tirinya itu.
Sebelah alis Arlo terangkat, "Bukankah beberapa hari yang lalu aku mengirimkan pesan padamu, Laura? Jangan pernah mencoba untuk membohongiku."
Ting!
Pintu lift terlah terbuka, namun tampaknya Arlo tidak peduli dan lebih memilih menikmati waktunya dengan Laura. Berbeda dengan gadis itu yang sedang bergetar dan mengutuki dirinya sendiri.
"Alright. Nanti aku yang akan menghubungimu." Arlo terkekeh dengan suaranya yang berat, mendekatkan wajahnya pada Laura dan mengusap pipinya. Matanya yang semula menatap lekat iris mata hazel iblis kecilnya beralih turun pada bibir Laura yang terlihat menggoda. Arlo mendekatkan bibirnya, membiarkan instingnya menuntun untuk menggoda Laura dengan menyapu ringan permukaan bibir gadis itu. Setelah Arlo melakukan beberapa kali pengulangan, ia mengecup dalam bibir Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...