Page 33
.
."Kosongkan semua jadwalku untuk satu hari ini."
Arlo segera mematikan kembali ponselnya setelah mendapat persetujuan dari lawan bicaranya. Ia menyeringai puas, kemudian mengambil sebuah kaus polos berwarna hitam dari banyaknya pilihan-pilihan baju modis dari dalam walk in closet nya.
Hari ini dia berencana untuk berjalan-jalan bersama Laura, pergi kemanapun gadis itu mau dan ia akan menemaninya. Anggap saja sebagai permintaan maaf karena dua hari lalu ia menghilang tanpa kabar dan tidak menghubungi adik kecilnya sama sekali.
Cklek
"Arlo?"
Pria itu mengawasi Laura yang baru saja memasuki kamarnya melalui cermin besar. Arlo hanya diam sambil merapikan penampilannya. Terakhir, dirinya memakai jam tangan bermerek sebelum berbalik badan dan berjalan mendekati Laura yang masih diam berdiri di dekat pintu. "Morning, baby girl. Bagaimana tidurmu? Apakah kau bermimpi buruk? Atau apakah ada serangga yang mengganggumu?"
Laura mengernyit heran, tidak biasanya melihat Arlo menanyakan banyak hal seperti itu padanya. "Tidak, aku baik. Tidurku nyenyak."
"I see," Arlo berhenti tepat di depannya, kemudian pria itu memeluk Laura erat dan mendaratkan kecupan pada pipinya. "Mengapa kau kemari? Kau tidak sabar untuk jalan-jalan? Atau kau menginginkan sesuatu disini? Berdua bersamaku?"
Astaga.
Mengapa Laura langsung mengerti apa yang ada di pikiran Arlo? Ia menggeliat dalam dekapannya, kemudian memegang pundak Arlo sembari mendorongnya perlahan untuk memisahkan tubuh mereka. "Aku ingin berjalan-jalan di suatu tempat-"
Laura menggantung perkataannya, membuat Arlo terus menatapnya dengan sebelah alis terangkat penasaran. Gadis itu menggigit bibirnya, tidak yakin untuk mengatakannya. Maka dari itu, Laura hanya dapat mengatakan, "Kuharap kau juga menyukainya."
"Hm? Kau ingin berbelanja?" Tanya Arlo.
"No, barangku sudah terlalu banyak, Arlo." Laura menghela napas perlahan, sedikit heran karena Arlo pasti berpikir untuk berbelanja terus menerus.
"Selagi itu bersamamu aku akan menyukainya," Arlo menangkup wajah Laura, dia terus menatap bibir cherry gadis itu yang mengkilat karena pelembabnya. Rasanya ia ingin mencuri bibir itu, menikmatinya sendiri dan sepanjang hari.
Mengerti tatapan tajam Arlo, Laura menelan salivanya susah payah. Dirinya takut untuk memulai, namun malu untuk mengatakan pada Arlo jika ia mengizinkan apa yang pria itu inginkan.
Cup
Arlo yang memulai lebih dulu. Pria itu meraup bibir Laura dan melumatnya dengan kuat-menikmati setiap inci kelembutan bibir Laura dengan lidah panasnya. Dan ketika gadis itu ikut bersamanya, Arlo mengerang. Lidah mungil Laura menyapunya lembut, terasa hangat dan nikmat.
Tiba-tiba saja Arlo memiliki keinginan untuk meniduri Laura kembali. Ia ingin memasuki Laura dengan keras dan cepat. Dan dirinya harus segera menyudahi kegiatan bercumbu mereka jika tidak ingin berakhir telanjang dan berakhir membuat Laura kecewa karena tidak bisa memenuhu keinginan gadis itu.
Slurrpp
Arlo menghisap lidah Laura dengan lembut sebelum mengakhiri cumbuan mereka. Ia belum puas-tidak akan pernah puas atas Laura. Rasanya seperti ada dorongan yang terus menyuruhnya untuk terus memiliki Laura. Apalagi melihat pancaran mata gadis itu yang seperti tengah memohon untuk menciumnya kembali, membuat Arlo harus segera mengalihkan pikiran dan tatapannya terhadap pesona iblis penggodanya.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang." Arlo menggenggam-lebih tepatnya mencengkeram pergelangan tangan Laura.
"Tapi kita belum sarapan," Laura bersuara mengingatkan Arlo jika keduanya belum mengisi perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...