Page 02
.
.Arlo berusaha mengatur napasnya yang memburu setelah menutup rapat pintu kamarnya. Pria itu mengangkat telapak tangannya yang telah merangkul serta meremas pinggul Laura. Arlo memejamkan mata, menutup hidung dan bibir merahnya dengan telapak tangan itu, hidungnya menghirup rakus bau tangannya sendiri–berharap terdapat sedikit aroma Laura yang tertinggal.
"Fuck!" Arlo mengumpat keras, Laura telah membuatnya panas. Arlo tahu Laura merupakan adik tirinya, dia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi. Sejak pertama kali Anne menunjukkan foto Laura kepadanya, Arlo mengerti bahwa Laura miliknya. Tidak peduli apapun statusnya dengan gadis kecil itu, Laura tetap miliknya.
Arlo menyalakan shower dengan suhu rendah. Air dingin segera mengguyur badannya. For God's sake! Tubuhnya panas hanya karena Arlo menyentuh pinggul gadis itu, bahkan otot-ototnya bereaksi jika Arlo hanya menatap iris mata hazel yang selalu menatapnya ragu dan takut. Selama Laura belum memasuki rumah ini, pikiran Arlo tidak bisa lepas dari sosok gadis itu. Dan kini setelah Laura berada satu atap dengannya, Arlo tidak menjamin Laura akan selamat darinya.
"Ahh." Arlo memejamkan matanya, satu telapak tangannya menggenggam erat kejantanannya yang telah menegak. Kemudian ia mengelusnya perlahan dengan pikiran yang tertuju pada kaki jenjang Laura yang tidak terbalut apapun kecuali dress yang menutupi badan dan paha mungil gadis itu.
"Gggrrhhh," Arlo menggeram keras, ia membayangkan tangan halus Laura yang mencengkeram bahunya beberapa menit lalu. Otot-ototnya saling menonjol, suhu badannya meningkat memikirkan Laura, ditambah kini ia sedang mengurut kejantanannya. Ia membayangkan bagaimana jika tangan lentik itu menggenggam halus kejantanannya yang tegak mengacung serta memainkannya. Atau bibir merah muda adik tirinya yang terlihat lembut melingkupi serta mengurung penis Arlo di dalamnya. Menahan penis itu di dalam mulut Laura, tidak membiarkan Arlo berhenti mendesah karena kenikmatan yang diberikan gadis kecilnya.
"How does it feel, Arlo?"
Bagaimana jika Laura bersedia telanjang di bawahnya, payudara mungil gadis itu yang mungkin akan terasa pas di genggamannya, atau liang kenikmatan Laura yang merekah dan basah untuknya–siap untuk Arlo masuki. Rambut panjang Laura yang berantakan karena ulah Arlo, serta tubuh Laura yang basah oleh keringat karena bercinta liar dengannya.
"Argghh!" Arlo mendongakkan kepalanya, matanya terpejam menikmati orgasmenya. Fuck! Bukan hanya sekali-dua kali, namun ini merupakan kesekian kalinya Arlo orgasme hanya karena memikirkan Laura. Arlo bersumpah akan membuat Laura membalas perbuatannya yang menyebabkan dirinya tersiksa berkali-kali.
Arlo segera membersihkan tubuhnya serta dinding yang terkena cipratan spermanya. Ia tidak sabar bertemu dengan Laura saat makan malam nanti.
┈─⊹
"Bagaimana kamarmu, Laura? Apa kau menyukainya?" Tanya Declan ditengah kegiatan makan malam mereka.
Arlo menyeringai kecil, matanya menatap lekat Laura yang makan di depannya. Arlo bertaruh jika gadis kecilnya sedang bingung bagaimana menjawab pertanyaan Declan karena Arlo telah menempatkan Laura tepat di depan kamarnya.
"Uhm. I'm sorry, tapi Arlo telah menyuruhku untuk menempati kamar yang berada di lantai empat."
Dasar iblis kecil. Arlo mengeraskan rahangnya menahan rasa gemas terhadap Laura. Jawaban gadis itu mengejutkan Arlo. Ternyata, Laura tipikal gadis yang terlalu berkata jujur untuk melindungi dirinya sendiri. Namun Laura melupakan satu fakta yang mungkin saja terdapat sesuatu yang dapat menyerangnya dari sisi lain.
"What do you mean?" Tanya Anne. "Bukankah lantai empat merupakan ruangan pribadimu, Arlo?"
"Ruangan pribadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Storie d'amoreSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...