Page 32
.
.Penolakan serta rintihan permohonan Laura sia-sia. Arlo tidak akan berhenti meskipun ia menjerit. Seandainya ia melakukan perlawanan pun, Arlo akan lebih memaksanya—pria itu terlalu kuat untuk dirinya lawan.
"Tidak mau... Tolong berhenti, Arlo—" Laura merengek. Penampilannya yang kini mengenaskan serta raut wajahnya yang memerah menahan tangis tidak berhasil mempengaruhi kakak tirinya. Arlo malah mendesis dan menatap Laura beringas.
"Apa yang membuatmu menolakku? Katakan padaku, Laura. Katakan!" Arlo mencengkeram dagunya, berkata dengan geram serta iris matanya makin menggelap.
"I-itu sangat menyakitian. Aku tidak mau..." Balas Laura jujur dengan suara pelan nyaris mencicit. Ia berusaha menghindari sentuhan Arlo pada wajahnya dan berusaha menghindari tatapan pria itu. Semoga dengan ia berkata jujur, kakak tirinya mengerti dan tidak memaksanya untuk melakukannya lagi.
"Maksudmu ini?"
"Akh!" Tiba-tiba tangan Arlo melepaskan cengkramannya, namun pria itu berganti meraup salah satu buah dada Laura dan meremasnya kuat hingga ia merintih.
"Atau ini?"
"Uumh."
Dengan kurang ajarnya, Arlo meliukkan pinggulnya. Ia menggesekkan kejantanannya yang mengeras pada selangkangan Laura. Dan yang membuat gadis itu melenguh, Arlo menjulurkan lidahnya, menjilat leher Laura dan membuat jejak basah pada bagian tubuh gadis itu. Namun sialnya ia malah makin mengeras. Arlo merasa suhu tubuhnya sangat panas dan nyaris terbakar.
"Don't worry, baby girl. Kali ini aku akan bermain lembut." Arlo meringis kecil, seperti tengah menahan sakit karena sesuatu. Dan Laura tentu saja tidak percaya. Bagaimana bisa ia percaya pada Arlo ketika penampilan pria itu sangat kacau? Rambutnya berantakan dan keningnya dipenuhi oleh keringat. Tubuh pria itu juga seperti bergetar. Seperti tengah menahan diri untuk tidak mengamuk dan menghancurkan sesuatu. "Ah, fuck!"
Kekhawatirannya benar-benar terjadi...
Arlo mulai menyingkap bra yang dikenakan Laura. Pakaian gadis itu telah benar-benar koyak akibat ulah buas Arlo. Dan kini kain yang menutupi tubuhnya hanyalah celana dalam berwarna putih polos serta bra yang terpasang tidak pada tempatnya.
Arlo menggeram keras, meraup kedua buah dadanya dengan kuat namun memainkannya dengan lembut—dan ternyata ia menepati ucapannya beberapa menit lalu.
"Kenapa mereka sangat menggemaskan, Laura?" Arlo bertanya ditengah-tengah kegiatannya. Mata tajam pria itu terus menatap wajah cantik Laura yang mulai memerah. "Jangan menatapku seperti itu, baby girl. Kau sepertinya menginginkan sesuatu dariku..."
Apa yang salah dengan wajahnya? Struktur wajah Laura memang terbentuk seperti ini.
"Iblis penggoda." Sedetik setelah berbisik, mulut Arlo langsung menyambar bibir Laura yang sedikit terbuka. Pria itu memagutnya sedikit liar, dan tangannya yang masih hinggap di dada Laura kini mulai sedikit kuat saat meremasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
Любовные романыSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...