Page 05
.
.
Full Of Adult Scene⚠️
.Laura menutup pintu setelah mobil yang dikendarai Anne dan Declan menghilang dari pandangannya. Declan mendapat undangan untuk menghadiri acara pameran yang diselenggarakan oleh koleganya, dan Anne yang yang merupakan istrinya tentu saja Declan ajak untuk menemaninya. Sedangkan Laura tinggal di rumah sendiri. Bukan karena mereka tidak memperbolehkan Laura ikut, namun karena sudah malam, Declan menyuruh Laura untuk beristirahat saja. Padahal Laura sama sekali tidak melakukan aktivitas apapun di rumah ini.
Para pelayan juga telah kembali ke rumah yang disediakan khusus untuk para pekerja. Dan kini Laura berada di dalam mansion seorang diri. Bukannya Laura takut, malah sebaliknya dirinya bersyukur Arlo belum pulang dari kantornya.
Setelah meminum susunya, Laura bergegas menuju walk in closet dan mengganti bajunya. Untuk menghindari hal-hal yang berkaitan dengan lengan kejam Arlo dan tubuhnya, Laura mengganti baju tidur pendek yang sebelumnya dipakainya dengan sweater rajut putih dan rok panjang yang menutupi seluruh kakinya hingga hanya menyisakan telapak kaki saja.
Laura mendesah lega, sedetik kemudian ia menggigit bibirnya karena kesal. Seharusnya Laura terlebih dahulu buang air kecil, kemudian berganti pakaian. Laura mencebik, kemudian memasuki kamar mandi dan melakukan aktivitasnya.
"Hello, baby girl."
Laura berjengit kaget ketika tiba-tiba sebuah suara berat mengalun di kamarnya. Matanya membola melihat Arlo yang sedang berdiri menyenderkan pinggulnya pada meja rias Laura. Seperti saat Laura datang ke kantornya, penampilan Arlo saat ini bahkan lebih berantakan. Celana kain hitam yang dipakainya terpasang sedikit terlalu rendah di pinggang, tiga kancing kemeja hitamnya terbuka, lengan baju pria itu juga digulung sampai ke siku.
"Mengapa kau mengunci kamarmu, Laura?"
Kaki Laura gemetar ketika Arlo bersuara dan menekan kata tepat di namanya. Laura berkedip dua kali, kemudian menggeleng menjawab pertanyaan pria itu. "Aku hanya mencegah agar tidak ada tikus yang masuk."
"Gadis nakal. Siapa yang kau maksud dengan tikus?" Arlo menyeringai, kemudian tatapan tajamnya menuruni badan Laura yang terlihat lebih kecil karena tenggelam oleh pakaian yang dipakainya. "Dan mengapa kau mengganti busana tidurmu, Laura? Bukankah kau menyukai dress bergambar putri tidur itu?"
"Udara malam ini sangat dingin, aku merasa lebih baik mengenakan baju ini," jawab Laura lancar meski dengan suara bergetar.
Seringai Arlo semakin lebar, badannya yang menjulang tinggi dan besar bangkit berdiri dari posisi nyamannya. "Perlu aku hangatkan, baby girl?"
Laura menggeleng cepat, sedetik kemudian ia kemudian berbalik badan dan berlari untuk masuk lagi ke dalam kamar mandi. My God! Bagaimana bisa pria itu masuk kedalam kamarnya? Laura nyaris menggapai pintu kamar mandi yang tertutup ketika sweater rajut bagian punggungnya tertarik kuat ke belakang.
Kepala Laura menabrak sebuah benda keras. Mungkin dirinya akan beranggapan menabrak sebuah dinding jika saja kedua lengan kekar Arlo tidak merengkuhnya erat seperti sekarang. Badan Laura menjadi hangat karena pelukan tersebut, dan Laura hampir saja merasa nyaman jika otaknya tidak mengulang perbuatan cabul kakak tirinya itu kepadanya.
"L-lepaskan aku!" Kaki Laura tidak dapat menendang karena ia memakai rok yang membuat pergerakannya terbatas, ditambah lengannya juga turut berada dalam rengkuhan Arlo.
Laura terkesiap ketika Arlo dengan mudah membopongnya dibahu lebar pria itu. Kepala Laura pening karena posisi kepalanya berada dibawah dan tepat di depan bokongnya. Jika saja Laura memiliki cukup keberanian, maka dengan senang hati dirinya akan menggigit keras bokong pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPBROTHER
RomanceSneak Peek; "AKH! APA YANG KAU LAKUKAN?!" Arlo dengan sigap menangkap kepalan tangan Laura yang memukuli tubuhnya. Ia terkekeh, kemudian dengan sengaja meremas salah satu buah dada gadis itu yang terlihat menggiurkan. "Arlo!" Laura menendang dada pr...