My Nony

26.1K 1.2K 18
                                    

Tyo menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan kasar, sungguh Nony sangat menguji imannya yang dangkal.

"Maksud saya, nemenin disetiap kegiatan saya"

"Oh.." Nony masih asik menyusui anaknya

Nony sungguh tidak bisa membaca situasi mengancam di depannya, mata Tyo sesekali melirik ke arah payudara Nony yang sedang dihisap kuat dan mengeluarkan suara decapan yang membuat otak Tyo tak fokus.

"Tapi saya kan masih bekerja di kantor Kecamatan Pak !"

"Semua bisa saya atur" ucap Tyo berusaha tenang

"Sebenarnya bapak ini siapa ? Dan kerja bapak apa ?

"Nanti juga kamu akan tahu, kalau sudah menjadi asisten saya"

"Apa pekerjaan bapak menjual wanita ?!"

Nony menjauh dari Tyo, memundurkan tubuhnya sehingga pinggangnya membentur pegangan kursi kayu. Tyo terkekeh melihat tingkah Nony, sejak awal Nony selalu takut dan berfikiran buruk tentangnya.

"Apa menurutmu wajah saya seperti itu ?!" Tanya Tyo menaikan satu alisnya

"Kapan saya bisa mulai kerja, Pak ?" Meski tampak ragu dengan pertanyaan Tyo, tapi Nony tak ada pilihan lain selain menerima pekerjaan ini dan melunasi hutangnya

"Semua keputusan ada ditangan kamu"

Nony menganggukkan kepalanya, sungguh dia sangat bimbang sekarang. Dia tidak ingin meninggalkan anaknya lagi setelah hutangnya lunas, tapi dia punya hutang baru untuk dilunasi dan harus tetap bekerja di kota.

"Nomor hp saya masih kamu simpan kan ?"

"Masih pak"

"Terus kenapa dari kemarin ga aktif ?"

"Tertinggal, sewaktu saya dibawa paksa sama Saepul"

"Kamu ga usah khawatir, mereka ga akan berani ganggu keluarga kamu lagi"

"Iya pak, terima kasih banyak" Nony mengabaikan maksud perkataan Tyo karena pikirannya sedang bercabang memikirkan bagaimana masa depannya kelak

Tyo sudah mengantisipasi dengan menyuruh seseorang untuk mengawasi keluarga Nony di kampung, tanpa sepengetahuan keluarga Nony tentunya.

PLUP...

Anak Nony melepas emutan mulutnya dari payudara Nony, puting merah muda yang mengkilap karena basah bekas emutan itu, terlihat jelas oleh Tyo.

Uhuk..

Uhuk..

Tyo berdiri bersamaan dengan senjatanya yang berdiri tegak di bawah sana. Tyo sungguh tak sanggup, dia harus cepat pergi dari hadapan Nony.

"Saya mau tidur, good night"

Nony menatap bingung punggung Tyo yang berjalan menjauh dengan terburu-buru. Sungguh pria yang aneh, tapi juga penuh akan pesona.

Nony menggelengkan kepalanya, dia menatap lembut wajah anaknya yang tertidur pulas di pangkuannya, wajah yang sangat mirip dengan almarhum suaminya.

"Mas Ardi, anak kita sudah besar. Dia cantik !" Nony mengecup kening anaknya

"Apa kamu yang mengirim pak Tyo untuk membantuku ?" Nony tersenyum miris

"Mas, aku rindu..."

Untuk kesekian kalinya, setiap dia mengingat almarhum suaminya, air matanya akan jatuh dengan sendirinya. Semua terasa berat bagi Nony, tapi hidup harus terus berjalan ada atau tanpa Ardiansyah bukan.

My NonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang