Sah !

19.8K 1.1K 41
                                    

Tyo tidak main-main dalam mempersiapkan pernikahan di kampung halaman Nony. Balai desa disewa untuk acara ijab kabul, mengingat rumah Nony sangat kecil dan pasti tidak mampu menampung seluruh warga kampung yang turut diundang.

Bukan tanpa alasan mereka mengadakan ijab kabul di kampung halaman Nony. Tyo ingin menunjukkan pada seluruh warga kampung, kalau Nony yang dulunya hanya seorang janda sekarang sudah berubah status menjadi seorang istri dari pengusaha.

Rombongan Tyo sudah sampai dari jam 7 pagi, mereka sedang berkumpul di rumah Nony. Meski terlihat berdesakan tapi tak menutup keceriaan dan kehangatan dari dua keluarga yang akan bersatu itu.

Meski baru pertama kali bertemu, keluarga Tyo langsung berbaur dengan keluarga sederhana Nony. Orang tua Nony pun masih terlihat sungkan pada kedua orang tua Tyo.

Nony sedang dirias di dalam kamar, Bu Aisah masuk ketika Susan dan Meta keluar untuk memberitahukan kalau Nony sudah hampir selesai.

"Ibu..." Nony memeluk ibunya dengan erat

"Sudah... calon pengantin ga boleh nangis, sayang bedak mahalnya luntur !"

Ibu Aisah mengelus punggung Nony yang sudah tertutup dengan kebaya berwarna nude, meski terlihat sederhana tapi tidak menutupi kemewahan dari kebaya buatan butik terkenal itu.

"Kira mana, Bu ?" tanya Nony setelah pelukkannya terlepas

"Main sama calon papa dan kakaknya di luar !" Ibu Aisah menghapus pelan air mata Nony dengan ujung tisu agar tidak membuat riasan di wajahnya rusak.

"Jarang sekali Shakira bisa langsung akrab pada orang asing ?" Nony bingung

"Loh ?! Nak Tyo tidak pernah cerita ?!" Bu Aisah tak kalah bingung

"Tentang apa, Bu ?"

"Hampir setiap malam, Nak Tyo melakukan video call untuk mendekatkan diri sama Kira. Ibu pikir, kamu yang menyuruhnya ?!"

Nony terkejut, ternyata Tyo begitu tulus kepadanya dan semua kekurangannya.

"Tyo anak yang baik, Ibu bisa lihat dari sorot matanya. Ini pernikahan kedua kamu, dan semoga menjadi yang terakhir !"

Nony menyimak apa yang akan dikatakan sang ibu padanya. Kejadian seperti ini seolah dejavu baginya, dulu perkataan ini pernah ibunya ucapkan juga saat pernikahaannya bersama Ardi.

"Rumah tangga itu bukan jalan tol yang akan selalu berjalan mulus bebas hambatan, apalagi Tyo dari kalangan atas. Pasti akan lebih banyak masalah yang kalian hadapi kedepannya" Ibu bisa menangkap perubahan wajah Nony yang terlihat takut.

"Jangan takut, semua akan mudah kalian lewati kalau didasari dengan rasa cinta dan percaya. Kamu harus percaya pada suami kamu mulai sekarang ! Sayangi anaknya, seperti dia menyayangi anakmu"

"Ibu tau kok, tadi calon Ibu mertua kamu sudah cerita tentang anak tampan itu!" Aisah memotong ketika mulut Nony ingin berkata tentang siapa sebenarnya anak itu

"Biar bagaimanapun dia tetap anak Tyo, anggap saja seperti itu !"

"Mas Ardi ?!" Nony bergetar ketika mengingat almarhum suaminya

"Dia pasti bahagia !" Bu Aisah mengangguk seolah menyakinkan putri tunggalnya itu

"Kamu juga harus bahagia dengan pernikahan ini"

"Iya, Bu !"

"Sudah, Ayo ! Jangan menangis terus, nanti orang pikir kamu nikah dengan terpaksa"

"Ibu..."

—-oOo—-

"Ga boleh pegang, ini adek aku !!"

"Om !!!" Hanif mengadu pada Romy ketika tangannya ditepis kasar oleh Serkan

My NonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang