Athalla Rafael; 45

325 26 4
                                    

Tandai typo prend!
Boleh minta tolong promoin cerita ini?

Tandai typo prend! Boleh minta tolong promoin cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang Rafael dari apartemen Kelvin. Ia langsung melajukan mobilnya ke Jakarta, untuk menemui dokter Gilang.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Rumah Sakit yang di tentukan oleh Dokter Gilang.

Rafael berjalan mengikuti suster di depannya untuk menuju ruangan dokter Gilang.

"Maaf mengganggu dokter. Ada orang yang ingin bertemu dengan Dokter" kata suster itu. Ia mempersilahkan Rafael masuk ruangan dokter Gilang.

"Saya pergi dulu" pamit suster itu. Ia memberikan ruang untuk Rafael berbicara berdua dengan dokter Gilang.

"Bagaimana? Kamu udah siap untuk kemoterapi?" tanya dokter Gilang.

Rafael mengangguk pasrah.

"Ikut saya sini" ajak Dokter Gilang.

Rafael mengikuti langkah Dokter Gilang. Dokter Gilang membawa Rafael di ruangan yang penuh dengan alat-alat medis.

"Saya ga langsung mati habis kemoterapi kan, dog?" tanya Rafael ketika ia meneliti ruangan ini.

"Enggak lah. Kan tujuan kemoterapi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang."

Rafael mengangguk paham.

"Silahkan berbaring!"

"Dimana?" tanya Rafael dengan polos.

"Di brankar lah. Ya kali di lantai" jawab Dokter Gilang dengan jengkel.

Rafael terkekeh.

"Ga sakit kan dog?"

"Enggak"

"Yang benar?" tanya Rafael lagi.

"Iya" balas dokter Gilang.

"Ga bohong?"

"Rafael!!" tegur dokter Gilang.

"Iya deh iya"

"Berbaring yang benar! Biar cepat kelar" kata dokter Gilang.

Rafael dengan patuh berbaring dengan benar.

SARAP

Yang pertama Rafael lihat saat ia buka mata setelah melakukan kemoterapi adalah atap rumah sakit yang bewarna putih.

Badan Rafael terasa sangat lemah. Ia bahkan tidak merasa adanya tulang di tubuhnya.

Bahkan untuk bergerak Rafael sulit.

Ada rasa menyesal di saat ia kemoterapi. Tapi, mau bagaimana lagi. Nasi sudah jadi bubur bukan?

Dokter Gilang tidak pernah bercanda dengan ucapan atau pun ancamannya. Maka dari itu Rafael nurut.

Sarap!!(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang