3. Jalan keluar

817 201 34
                                    

"Jadi, dalam 3 bulan ini kita harus nyari suntikan dana buat perusahaan suaminya nyokap gue?"

Asahi mengangguk. "Saya nggak jamin setelah tiga bulan bisa bantu," katanya datar. "Papah saya cuma ngasih waktu 3 bulan. Itupun saya harus membuat salah satu pabriknya berkembang. Kalau saya nggak gagal, perjanjian awal tetap berjalan."

"Investor tanpa pamrih yang baik hati mau buang uangnya ke perusahaan hampir bangkrut itu nggak ada." Seira menyugar surainya. Ia ikut pusing memikirkan permasalahan ini.

"Sebenernya ada satu," ungkap Asahi. "Dia rela semua uangnya dibuang ke perusahaan hampir bangkrut, tapi--"

"Tapi apa? Kalo misalnya dia mau, kita tinggal bantu masalahnya." Seira terlihat antusias. "Dia ada masalah di mananya?"

"Di diri Anda," jelas Asahi. "Anda sudah menolak itu di awal."

"Kapan gue no--Haruto?"

Asahi mengangguk. Niat untuk merahasiakan rencana Haruto langsung ia hilangkan. Dalam posisi seperti ini mereka harus menjadi sekutu.

"Nggak ada yang lain?"

"Seperti yang Anda bilang, investor tanpa pamrih itu nggak ada." Dengan santai Asahi membalikkan perkataan Seira. "Haruto juga mungkin pamrih."

Seira menghela napas dengan kesal. Kedua tangannya menarik pelan rambut di kepala. Berharap rasa pusing yang menyerang langsung sirna.

"Sebenarnya Haruto minta saya buat nggak ngasih tau ini, tapi sepertinya di posisi sekarang kita harus jadi sekutu. Semakin banyak yang membantu, semakin cepat masalah selesai."

"Selain bocah itu. Nggak ada opsi lain?"

Asahi mengedikkan bahunya. Ia tak lagi mengeluarkan suara dan memilih untuk menikmati udon di hadapannya. Membiarkan Seira pusing dengan pikirannya sendiri.

From: Haruto
Gimana, Bang? Gue pinjem perusahaan Kak Jaehyuk aja apa?

Tak lagi mempedulikan rahasia. Ia menyodorkan ponselnya ke dekat Seira. Isi pesannya dengan Haruto terlihat jelas. "Dia ikut panik."

Haruto: Anjir, Sarden!
Haruto: Dibaca doang.

"Itu manusia nggak sekolah?" tanya Seira. "Kok jam segini main hp?"

Asahi mengedikkan bahunya. Ia tak terlalu peduli dengan keberadaan Haruto. "Bolos kali," jawabnya asal.

Haruto: Bang anjir, kumaha ini?
Haruto: Aing mau nelpon maneh, tapi si botak masih nyerocos.

Pesan masuk baru langsung Seira baca. Perempuan itu sedikit merengut dengan balasan Haruto.

Asahi mengetuk profil WhatsApp Haruto. "Biar keliatan lebih jelas," ucap Asahi karena melihat Seira sesekali melirik pada foto profil yang Haruto pasang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
METAMORPIKIR SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang