"Permisi, Pak. Saya mau nanya, kelas 11 IPA 2 ada di mana ya?"
"Maaf, Mba. Mau ke IPA 2? Bareng sama saya aja."
Seira yang sedang memahami arahan dari security langsung menoleh pada perempuan dengan tubuh kecil dan kulit putih itu.
"Nah, bareng sama Mba ini aja. 11 IPA 2 kelasnya ngumpet, jadi susah dijelaskan, Mba." Security tersebut menyetujui perkataan perempuan yang ikut bergabung. "Mbanya tau 11 IPA 2 di mana?"
"Adik saya nanti jemput, Pak," jelas perempuan tersebut. "Mari ikut saya, Mba. Kita tunggu di depan UKS aja."
"Terima kasih," ucap Seira ragu. Sedari tadi ia memperhatikan perempuan itu. Wajahnya terlihat tak asing, seakan pernah melihatnya.
"Tunggu di sini aja ya, Mba. Saya janjian sama adik saya di sini."
Dengan canggung Seira mengangguk pada perempuan tersebut. Otaknya masih terus bekerja keras, mengingat tentang perempuan di sampingnya.
"Oh, iya. Saya Dahyun, Kim Dahyun."
"Seira," ucapnya memperkenalkan diri. Hanya nama, tanpa menyebutkan marganya. "Ngambil rapot siapa, Mba?"
"Adik saya, dia namany--Nah! Itu orangnya. Maraaa ...." Dahyun dengan semangat melambaikan tangan. "Jangan lari-lari, nanti kamu kecapekan."
Mara hanya menampilkan dertan giginya kepada Dahyun. "Teteh pagi banget datengnya? Anak-anak kelas juga belum selesai beres-beres. Semangat jadi orang pertama yang dateng, ya?"
"Nggak yang pertama. Nih, Teteh dateng sama kakaknya temen kamu."
Mara yang awalnya tak menyadari kehadiran orang lain langsung menoleh ke sebelah kanan Dahyun. Matanya seketika membulat, ia mengenal siapa perempuan yang datang bersama Dahyun. "Kak Sei?" panggil Mara.
"Loh? Kamu udah kenal?" tanya Dahyun. "Oh, iya. Saya belum nanya, Seira dateng ngambil rapot siapa?" Dahyun menoleh kepada Seira.
"Adik saya," jawab Seira tenang walaupun paham akan tatapan Mara yang masih terkejut. "Namanya May. Eh, Mao."
"Owalaaah, Si May! Pantes kamu kenal sama Seira. Ternyata kakaknya sohibmu." Di posisi ini, hanya Dahyun yang tak tahu apa-apa. Sedangkan Seira dan Mara sudah berkelana dengan pikiran mereka masing-masing.
Seira mencari jawaban tentang Dahyun yang menjadi kakaknya Mara, padahal Mara yang ia kenal adalah anak tunggal. Belum lagi tentang keberadaan Mara di ibu kota membuatnya berpikir bahwa dunia terasa sempit.
Sedangkan Mara, otaknya sudah berkelana mencari-cari jawaban tentang hubungan Seira dengan Mao, bagaimana bisa mereka bertemu? Belum lagi tentang Dahyun yang datang bersama Seira, ia khawatir jika dua perempuan di sebelahnya ini mengetahui fakta bahwa mereka memiliki adik yang sama.
"TEH DADAAAY!" Teriakan beberapa anak kelas yang berada di depan langsung menyambut Dahyun. "Teh, ambil rapot siapa?"
"Ambil rapot adik gue, lah!"
"Uto?"
"Mara, doong!"
Seira yang sedari tadi berdiri di samping Dahyun hanya diam memperhatikan perempuan yang terlihat akrab dengan teman-teman adiknya itu.
"Uto-nya lagi keluar, Teh. Cosplay jadi kuli angkut konsumsi," sahut Yuna yang baru keluar kelas setelah mengepelnya.
"Bagus, itu manusia perbudak aja. Di rumah sok-sokan jadi pangeran soalnya," balas Dahyun santai. "Gue masuk ya. Ayo Seira, kita tunggu di dalem aja."
Dahyun berjalan lebih dulu memasuki kelas yang sudah dirapikan itu. Ia duduk di kursi kedua dari depan pojok dekat pintu, tempat Haruto dan Jeongwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORPIKIR SEMPURNA
Fanfic-Hamada Asahi- "Gue udah terlalu lama kabur. Ini waktunya nerima kenyataan." -Hirokawa Mao- "Dibandingkan berpikir tentang Mama yang nggak nerima gue. Lebih baik gue bersyukur karena masih banyak yang sayang kepada gue." -Nakamoto Mara- "Aku percaya...