18. Jangan Cuma Diam!

852 201 23
                                    

"TOLOL! AWAL TAHUN ITU HARUSNYA PENDAPATAN MENINGKAT! BUKAN RUGI!"

Mara hanya diam. Wajahnya masih tetap datar, tidak merasa takut saat mendapatkan cacian dari papanya. Sudah biasa, hati Mara sudah terlalu kebal.

"JANUARI ITU MASIH MASA-MASANYA HOLIDAY! INI JUGA FEBRUARI MALAH MAKIN MEROSOT! KAMU BECUS NGGAK, SIH?"

"Aku yang salah, ya?" tanya Mara yang bahkan sampai menujuk dirinya sendiri. "Bukan Papa yang asal transfer pegawai baru tanpa sepengetahuan aku?"

Malam ini Mara dipaksa pulang untuk menemui orang tuanya. Bukan untuk melepas rindu, tetapi mempertanggungjawabkan salah satu perusahaan yang ada di tangan Mara.

"Sekarang gini, deh. Dari lima anak perusahaan yang ada di tangan aku, cuma satu yang mengalami penurunan. Dan ..., Anda tau itu karena apa?" Mara menatap dingin kepada papanya. Tangannya memegang kertas yang berisi laporan tentang hotel yang kini menjadi pusat masalah. "ITU KARENA ANDA IKUT CAMPUR!" ucapnya sembari melempar kertas yang memperlihatkan data-data karyawan.

"FO, F and B, Marketing, Accounting, bahkan hingga Housekeeping. SEMUA JAJARAN DEPARTEMEN ANDA UBAH TANPA SEPENGETAHUAN SAYA!" Mara bahkan tak lagi duduk, ia berdiri dengan telunjuk yang berkali-kali mengacung kepada kertas di hadapan sang papa. "Pegawai-pegawai baru yang Anda rekrut itu TOLOL! TIDAK MEMILIKI KEMAMPUAN DAN TIDAK MAU BELAJAR!"

"Non Mara--"

"DIEM!" sentak Mara saat asistennya berusaha menenangkan. "Saya memegang dua hotel sejak SMP. Satu hotel bintang tiga yang letaknya bahkan tidak strategis saat musim liburan dan satu lagi hotel bintang lima dengan pegawai baru kebanggaan Anda. Hotel bintang tiga di tengah kota selalu mengalami peningkatan, bahkan dihari kerja sekalipun kami selalu ada tamu, sedangkan si bintang lima dibawah campur tangan Anda? ITU SEMUA BERANTAKAN! PARA PEGAWAI YANG ADA BILANG LULUSAN LUAR NEGERI KALAH TELAK DENGAN KARYAWAN SAYA YANG LULUSAN SMK!"

Malam ini Mara benar-benar meluapkan emosinya. Ia sudah terlalu lelah diam saat dianggap bodoh karena tidak bisa mengelola resort mewah di sebuah pulau dengan destinasi wisata yang indah.

"Jika saja para pegawai lama di hotel itu tidak Anda buang, sudah pasti hal ini tidak akan terjadi. Sekarang Anda masih mau bilang bahwa saya tolol? Silahkan bercermin, siapa yang lebih bodoh dari saya? Empat perusahaan yang saya kelola sendiri berjalan dan maju dengan pesat, bahkan saya bisa menyelesaikan masalahnya dengan cepat karena para pegawainya berkompeten. Saya mencari pekerja dengan menilai kemampuan mereka, bukan titipan dari kolega, seperti Anda!"

Tidak lagi diam, kali ini Mara meluapkan semuanya. Ia bahkan membalas perkataan sang papa. Untuk kedua kalinya Mara berhasil membungkam emosi pria yang ia panggil Papa.

Syukurnya kondisi Mara hari ini sangat baik, ia juga berhasil mengatur emosi hingga tidak terlalu meledak. Mara tahu asistennya sedang khawatir dan memperhatikannya dari belakang.

"Sekarang, semua berada di tangan Anda. Jika merasa bahwa hotel bintang lima itu tidak layak dipegang oleh saya, dengan senang hati saya melepasnya. Masih banyak perusahaan lain yang dapat saya kelola."

Tangan Mara dengan lihai merapikan barang-barangnya. Sebelum pergi meninggalkan ruang kerja sang papa, Mara menatap dingin pria yang membuatnya ada di dunia ini. "Anda harusnya bersyukur putri satu-satunya ini masih mau membantu. Lihat Kakak Anda, putranya sudah lepas tangan dan tidak peduli. Jika saya ingin, saya bisa saja mengikuti jejak Bang Yuta dan membiarkan Anda mati kelelahan dan hancur karena kewalahan mengatur seluruh anak perusahaan."

Dengan tenang Mara berbalik, berjalan keluar meninggalkan ruangan megah itu dan diikuti oleh asistennya yang kini membantunya membawa iPad serta kertas-kertas yang lain.

METAMORPIKIR SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang