Sendok Emas
WhatsApp GroupHaruto: Bang Sahi otaknya udah kembali ke tempat belum?
Mao: Otak lo nggak sih yang salah tempat tuh?
Haruto: Mo, lo nggak tabrakan juga?
Mao: Setan!
Mao: Lo aja sono!Haruto: Ga dulu
Mao: Anj!
Haruto: @Asahi Diem-diem bae lu! Lagi merenungi diri karena panjang umur ya?
Mao: Galau dia
Mao: Kak Winter belum jenguk lagi wkwkwkHaruto: Mo, lo kan aslinya anak yatim. Doain abang lo biar kisah cintanya agak mendingan lah.
Seira: Lo juga aslinya anak yatim, Ru!
Haruto: Ya lo juga Kak!
Asahi: Kalian semua aslinya anak yatim. Ketolong sama punya bapak tiri aja
Seira: Bapak tiri saya tidak menolong ya. Skip
Mao: Bapak mertua yang nolong ya?
Haruto: Waduch
Haruto: Gak ikutan aku
Haruto: Terlalu resikoSeira: Hm.
Asahi: Ini kagak ada yang mau nengok gue lagi apa?
Mao: Halah, sakit boongan juga
Seira: Gue juga kecelakaan, Sa. Tapi kagak lama kayak lo tuh
Asahi: Beda!
Mao: Beda dong
Mao: Kak Ei tiap hari dijenguk cowoknyaHaruto: Lah, Bang Sahi juga tiap hari dijenguk cowoknya wkwkwk
Asahi: Jari lo gue mutilasi
Mao: Mana cowoknya sama lagi kayak cowok yang jenguk Kak Ei
Haruto: Waduuuh
Haruto: Beneran harus ritual tolak bala. Gue udah siap garem nih
🦋
Sesuai dengan rencana awal Haruto. Remaja yang seharusnya sedang disibukkan dengan kegiatan PKKMB itu justru sudah mengemudikan Mercedes Benz dengan baskom hitam berukuran besar sudah siap di jok belakang. Calon mahasiswa baru yang masih terlihat santai dengan pipi semakin chubby itu kini sudah membelokkan kemudinya ke restoran milik sang kakak.
"Lama lo!" sewot Seira saat membuka pintu mobil Haruto dan duduk di jok samping kemudi. "Bawa mobil kayak peliharaan SpongeBob, lambat!"
Haruto hanya melirik sekilas pada Seira. Ia kembali melajukan mobilnya. "Iyaaa, yang sopirnya anak racing," sindir Haruto santai. Ini manusia emang beda banget perlakuannya ke Seira sekarang. Kalau dulu sok-sokan jadi adik yang baik dengan kosa kata lembut, sedangkan sekarang setan aja insecure kalo liat tingkah Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORPIKIR SEMPURNA
Fanfic-Hamada Asahi- "Gue udah terlalu lama kabur. Ini waktunya nerima kenyataan." -Hirokawa Mao- "Dibandingkan berpikir tentang Mama yang nggak nerima gue. Lebih baik gue bersyukur karena masih banyak yang sayang kepada gue." -Nakamoto Mara- "Aku percaya...