Hyundai Ionic silver itu sudah satu jam terparkir di depan ruko yang sudah tutup. Mobil listrik yang baru dibeli itu masih tetap teguh menunggu anak dari pemilik ruko turun. Ia bahkan bilang akan menginap kalau perempuan yang ia tunggu tak juga turun.
From: Winter
Mending lo balik!
Gue nggak akan turunAsahi: Gue nginep di sini
Asahi: Sampe lo turunKepala Asahi mendongak ke arah lantai 3 rumah toko itu. Ada satu ruangan yang lampunya masih terlihat terang dan ia yakin itu kamar Winter. "Ini gue harus di sini sampe kapan?"
"Orangnya masih nggak mau keluar, Bang?" Suara Haruto terdengar dari panggilan yang terhubung ke speaker mobil. "Ancem lo mau bakar rukonya aja, Bang."
"Jangan tolol!" Mao ikut menyahut.
Malam ini Asahi ditemani oleh Sendiri Emas Squad melalui panggilan suara di grup WhatsApp. Sebetulnya dibanding menemani Asahi, tiga manusia lainnya itu lebih cocok disebut memantau tingkah Asahi. Ngeri aja gitu itu jelmaan Ghibli bertingkah di luar nalar lagi.
"Kalo kata gue lo tetep di sana, Kak Winter lagi jual mahal itu. Dia pingin tau selama apa lo kuat nunggu."
"Paham banget, Mo. Lo juga gitu, ya?" sahut Haruto sempat-sempatnya meledek Mao. "Tapi, kayaknya Kak Kai nggak akan nungguin lo di depan ruko, Mo."
Keributan antara Mao dan Haruto dimulai. Perkara Haruto bilang kayak gitu, Mao langsung bela cowoknya abis-abisan. Padahal, kan, emang bener cowoknya Mao nggak akan nungguin Mao di depan ruko, soalnya Mao nggak tinggal di ruko.
Asahi hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ini Seira mana, dah? Gue ditinggal sama dua kuda liar, mereka bukannya ngasih solusi yang ada malah bikin masalah."
Panggilan grup ini memang 4 orang, Seira juga bergabung dalam obrolan seluler mereka. Namun sejak awal telepon, Suara Seira jarang sekali terdengar. Menyimak saja rasanya tidak.
"Kayaknya masalah cinta Kak Ei lebih berat dari Bang Sahi, deh," sahut Mao menyenggol Seira. "Kak Eiii, lo kagak ada niatan cerita ke kita?"
Masih belum ada balasan dari Seira. Perempuan di sebrang sana masih asik melamun di ruang kerjanya. Bahkan saat waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Sei tak ada niatan untuk pulang. Jihoon yang berkali-kali mengirimnya pesan juga tidak ia hiraukan.
"Kayaknya kita perlu sidak ke apart Kak Ei, Mo."
Seira langsung menyahuti perkataan Haruto. "Gue nggak ada di rumah," ucapnya memberi kode agar Haruto ataupun Mao tidak ke apartemen.
"Lah, belum balik, Kak?"
"Lo nginep di rumah Bang Jihoon, Kak?"
Haruto dan Mao kompak menodong pertanyaan pada Seira. Namun, belum sempat perempuan itu memberi jawaban, suara decitan ban yang bergesek dengan aspal terdengar jelas, dan tak lama setelah itu panggilan telepon Asahi terputus.
Sebuah Avanza hitam hilang kendali dan banting stir tepat ke parkiran depan ruko. Hyundai Ioniq yang bahkan belum genap dua bulan itu seketika dihantam dengan kencang hingga membuat mobil itu ringsek di bagian belakang dan sedikit terpental hingga menubruk tangga ruko.
Winter yang mendengar suara benturan benda yang begitu kencang jelas langsung mengintip. Mata perempuan berambut sebahu itu seketika membulat saat melihat mobil Asahi sudah tak berbentuk. Tak perlu pikir panjang, tak peduli kalau ia masih marah, Winter jelas bergegas turun dari lantai 3 rukonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORPIKIR SEMPURNA
Fiksi Penggemar-Hamada Asahi- "Gue udah terlalu lama kabur. Ini waktunya nerima kenyataan." -Hirokawa Mao- "Dibandingkan berpikir tentang Mama yang nggak nerima gue. Lebih baik gue bersyukur karena masih banyak yang sayang kepada gue." -Nakamoto Mara- "Aku percaya...