Episode 42

1.9K 269 2
                                        

Tokyo Revengers © Ken Wakui
Story © a_aufa97
931 words

~~•~~

Bruk!

Dengan cepat (Name) menendang purut Sanzu sampai membuat pinggangnya menabrak dinding.

Sanzu menyeringkai, "Wah? Mau bermain? Baiklah, dan tolong jangan mengecewakanku Dewa kematian. Ah, tidak! Lebih tepatnya 'Dewi kematian'" ucapnya, ia kini sudah menggenggam pipa besi yang entah dari mana asalnya.

(Name) menaikkan satu alisnya, "Menggunakan senjata? Huh, tak ku sangka Anjing mikey sangat lemah" cibirnya.

Perempatan imaginer muncul di wajah sanzu, "Unyahlah!" ujar sanzu, hendak memukul kepala (name) dengan tongkat besi yang ia genggam.

Sret!

Sanzu mengayunkan pipa besinya ke arah kepala (Name), ia tertawa saat (Nmae) tidak melakukan pergerakan apapun.

Prak!

(Name) menggenggam ujung pipa besi milik Sanzu, membuat sang lelaki tersentak kaget, "Apa yang direncanakan oleh perempuan sialan itu?!" pikirnya.

Brak!

(Name) menendang kepala Sanzu dengan satu kakinya, dan satu tangannya masih menggenggam pipa besi milik Sanzu.

Kekuatan tenaga (Name) memang tidak bisa ditandingi, bahkan kepala Sanzu yang dihantam oleh tendangan (Name) mengelurkan cairan merah kental yang tak lain adalah darah.

Sanzu menunduk, kkesadaranya mulai menghilang, itu membuat (Name) melepaskan cengkramannya dari pipa besi milik sanzu.

Merasa pipa besi miliknya yang sudah dilepas dari cengkaruk sang gadis. Sanzu langsung menyeringkai, "Kau naif, (Name)" ucapnya, ia menampakkan kepalanya ingin menatap (name).

Ptak!

Sebelum Sanzu mengayunkan pipa besinya. Ia sudah dibuat terkejut oleh (Name) yang sudah berada di belakangnya. Dan dengan sigap sang gadis langsung memukul tengkuk sang lelaki, membuatnya terjatuh di lantai.

(Name) menatap sanzu datar, "Bodoh" ucapnya.

Meski samar-samar, sanzu masih bisa mendengar perkataan (Name) dan ia masih dapat melihat (Name) yang hendak keluar dari ruangan.

Sang gadis mencoba keluar dari markas geng Kanto manji tersebut, untungnya tidak ada penjaga di sini. Sepertinya mereka terlalu meremehkan (Name).

Saat di perjalanan ia berjalan tanpa arah, bingung ingin pergi kemana. Sang gadis menatap langit senja, tanpa ia sadari air matanya menetes.

Ia memejamkan kedua matanya, "Aku pernah berharap untuk menghilang saja dari dunia ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia memejamkan kedua matanya, "Aku pernah berharap untuk menghilang saja dari dunia ini. Dunia ini terlihat begitu gelap dan aku menangis sepanjang malam. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang?" lirihnya.

Memories Of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang