Episode 33

2.2K 286 48
                                    

Tokyo Revengers © Ken Wakui
Story © a_aufa97
932 words

~~•~~

Semua membulatkan matanya saat melihat tangan (name) yang jatuh saat menggenggam besi pembatas di Hospital bed.

Semua membulatkan matanya saat melihat tangan (name) yang jatuh saat menggenggam besi pembatas di Hospital bed

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan tak lama setelah itu dokter keluar, "Maaf... Kami sudah melalukan yang terbaik... Namun, gagal untuk menyelamatkan nyawa dari nona (FullName)... Dan, kami turut berduka cita atas kepergiannya Nona (FullName)" ucap dokter membuat semua mata terkejut.

"Tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin! Ini pasti mimpi!" ucap hinata di sela isak tangisnya.

"Jangan bercanda! (Name) tidak mungkin pergi secepat ini... Hiks..." tangisan emma pecah.

"Apa maksudnya ini? Draken-kun? Chifuyu? Hina?" tanya takemichi, lalu menunjuk ke arah ruang operasi (name), "Bukankah kalian bilang (name)-chan hanya demam tinggi?" sambungnya, mereka bertiga terdiam.

"Sial! Sial! Sial! Apa yang kita lakukan sebenarnya?!" bentak baji.

"Ini bohong bukan...?" lirih kazutora.

Mitsuya, Hakkai, Naoto, Yuzuha, dan Chifuyu memalingkan wajahnya menahan tangisannya namun percuma. Sedangkan Draken ingin menenangkan yang lain tapi dirinya sendiri saja sedang menahan tangis.

"Kalian bisa melihatnya" ucap dokter memperbolehkan teman-teman (Name) untuk melihat jasatnya.

Emma, Hinata, dan Yuzuha langsung menerobos masuk ke tempat dimana tubuh (Name) yang berbaring dengan matanya yang tertutup, tubuh dingin dan pucat. Tak lama di susul oleh yang lain.

Emma menangis memeluk tubuh kaku milik (Name), "(Name)! Ayo bangun! Jangan bercanda! Ini tidak lucu! (Name)!!" teriaknya histeris.

Sedangkan hinata terduduk lemas dengan air mata yang tak berhentinya mengakir, "(Name)... Kumohon... Kumohon jangan tinggalkan kami (Name)..." lirih hinata.

Yuzuha mencoba memegang tangan dingin sang gadis, "Ini terlalu cepat... (Name)..." lirihnya dan mencoba mengusap air matanya yang menetas, namun percuma... Air matanya tetap menetes walaupun sudah berkali-kaki di usap.

Mikey? Saat melihat tangan (name) yang jatuh saat menggenggam besi pembatas di Hospital bed, ia sudah tau apa yang terjadi dan memilih untuk pergi tentunya dengan air matanya yang tak berhenti keluar.

Ia membuka jubanya menggunakan tangan kanan lalu tangan kirinya mengelap air matanya yang dari tadi terus keluar.

Ia membuka jubanya menggunakan tangan kanan lalu tangan kirinya mengelap air matanya yang dari tadi terus keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memories Of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang