14. New friend

4.6K 674 52
                                    

Zidan menggenggam jari telunjuk Raffa, melangkah memasuki halaman sekolah sembari memamerkan senyuman manis kepada setiap anak-anak yang melintas. Raffa cukup senang dikarenakan Zidan sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

"Ini adalah hari kedua Nono bersekolah. Semoga lancar ya? Seperti biasa, saat pulang sekolah Nono harus menunggu kakak sampai datang menjemput, mengerti?"

"Nono mengelti kak!" balas Zidan dengan kedua tangan terangkat ke atas. Raffa terkekeh lalu mencium pipi Zidan sebagai salam perpisahan.

"Dadah, kakak pergi dulu ya."

"Dadah kak Laffa~" Zidan balas melambaikan tangan kanannya. Mengawasi sang kakak sampai benar-benar pergi jauh.

"Tadi siapa, Nono?"

Zidan tersentak kaget saat tiba-tiba Nathan sudah ada di sampingnya. Zidan menyentuh dada saking terkejut, sementara Nathan hanya menyengir.

"Kakaknya Nono, kak Laffa namanya."

"Ooh. Kakaknya Nono cantik hihi~"

Zidan memicingkan kedua matanya menatap Zidan sengit. "Nana tidak boleh suka sama kakaknya Nono! Kak Laffa hanya punya Nono!"

"Tidak bisa belbagi ya?" Nathan mengerjapkan mata memandang Zidan yang cemberut sambil bersedekap dada.

"Tidak boleh!"

"Nono pelit ih."

Zidan menjulurkan lidah lalu melegang pergi begitu saja. Nathan yang di tinggal langsung mendengus kesal, mengejar Zidan yang sudah masuk ke dalam kelas.

 Nathan yang di tinggal langsung mendengus kesal, mengejar Zidan yang sudah masuk ke dalam kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi anak-anak," sapa seorang perempuan cantik bernama Mawar. Dia berasal dari Bandung yang menjabat sebagai guru kurang lebih selama 2 tahun terakhir. Dia adalah guru yang kemarin menemani Zidan, tetapi terpaksa pergi karena ada urusan.

"Selamat pagi ibu gulu!" seru anak-anak serempak.

"Masih bersemangat belajar?"

"Masih!"

Mawar terkikik gemas melihat kekompakkan anak didiknya. "Kita punya satu teman baru loh. Kalian mau kenalan tidak?" tawar Mawar dengan kedua tangan menyatu di depan dada, memandang hangat anak-anak muridnya yang terlihat ceria dan gembira.

Salah satu anak mengangkat tangan ke atas. "Iya Bowo, ada apa?" tanya Mawar menatap murid laki-laki bernama Bowo.

"Di mana teman balunya?"

"Sebentar lagi akan datang, dia sedang berada di kantor kepala sekolah," jawab Mawar. Tak lama berselang pintu ruang kelas terbuka. Sosok anak perempuan langsung bersembunyi setelah ditatap seluruh murid.

Mawar tersenyum lembut. Menghampiri anak perempuan yang bersembunyi di balik tembok dengan wajah ketakutan. "Hai cantik, kenapa bersembunyi? Teman-temannya mau berkenalan loh."

"M-maafkan Nina, Nina takut." Tangisan anak perempuan itu seketika pecah.

Mawar tergerak mengusap air mata Nina. "Jangan takut, ayo masuk dan kenalan. Nina akan punya teman baru, kasihan teman-temannya menunggu."

Nina menatap ragu guru di depannya. Anak perempuan itu mengangguk lalu membuntuti Mawar dari belakang. Wajah Nina tertunduk takut hingga akhirnya Nina berdiri menghadap teman-teman yang tersenyum ke arahnya.

"Ayo kenalkan namamu kepada teman-teman."

Anak perempuan itu mengangkat wajahnya. Menilik wajah baru yang menunggu dirinya berucap. "Namaku Nina Ayudya Oktaviana, teman-teman bisa memanggilku Nina."

"Huwaaa ... salam kenal Nina!"

"Yeay teman baru!!"

Seluruh kelas menyambut hangat kehadiran Nina. Gadis kecil itu awalnya takut kini mulai tersenyum. Ia mendongak guna menatap Mawar yang mengangguk padanya. "Sekarang Nina boleh duduk," titah Mawar. Nina kemudian melangkahkan kakinya ke kursi kosong tepat di dekat meja panjang berisikan buku-buku cerita.

"Kita mulai pelajarannya, oke?"

"Oke ibu gulu!"

Setelah diberi istirahat, Zidan dan teman-temannya menghampiri meja Nina berniat berkenalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah diberi istirahat, Zidan dan teman-temannya menghampiri meja Nina berniat berkenalan. Anak perempuan itu masih sedikit malu untuk berteman.

"Halo Nina," sapa Nathan.

"H-hai," balasnya pelan. Tak berani menatap wajah teman sekelasnya.

"Kita sekalang teman, holee~"

Sandi berucap sambil mengambil tangan kanan Nina untuk dijabat. Anak perempuan itu baru berani mendongak menatap satu persatu keempat anak laki-laki yang tersenyum ke arahnya. Mencoba mengingat agar tidak lupa wajah mereka.

"Namaku Zidano Halmahera." Giliran Zidan memperkenalkan diri. Menjabat tangan Nina dengan seulas senyum manis.

"Coba tebak nama Nana."

Nina menahan tawa. Anak laki-laki di sebelah Zidan ini sangat lucu. "Nama kamu Jenathan Palawijaya."

"Bagaimana kamu bisa tahu?!" Nathan bertanya diselingi wajah terkejut. Ali langsung mencubit pipi Nathan sehingga si empu memekik kesakitan. Padahal cubitannya tak terlalu kencang, Nathan saja yang mendramatisir.

"Di baju kamu, ada nama kamu." Nina menunjuk dada atas sebelah kiri Nathan. Ketiga anak laki-laki langsung melihat arah tunjuk Nina dan memang benar terdapat nama Nathan di sana.

"Nana bodoh."

Nina tertawa mendengar Ali mengatai Nathan dengan kalimat kasar.

"Hush, tidak boleh belkata sepelti itu. Kata Bundanya Sandi, nanti kalau ada olang yang belbicara kasal bakal ditangkap polisi tahu. Ali ingin ditangkap polisi telus di masukkan ke penjala dan tidak bisa beltemu Bunda sama Ayah Ali lagi?"

Ali membulatkan kedua matanya. "Benalkah itu? Huweeee! Ali bakal masuk penjala dong? Tidak mau ...!" Ali menangis kencang yang mana membuat ketiga teman dan Nina mentertawakannya.

"Hayoo Ali ditangkap polisi, Ali ditangkap polisi." Nathan memprovokasi suasana dan itu membuat Ali semakin histeris.

"Ih Ali jangan cengeng, Sandi hanya belcanda," ucap Zidan berusaha menenangkan Ali. Temannya ini memang mudah sekali menangis saat Nathan atau Sandi menakutinya.

Berakhirlah dengan Ali yang menangis kencang sampai guru mereka, Mawar, diminta untuk membujuknya agar berhenti menangis. Memang pada dasarnya anak-anak itu terlalu polos sehingga mudah sekali terkena jahilan dari teman-temannya.

Baby NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang