31. Will you marry me

4.5K 565 10
                                    

Musim salju pertama turun di bulan desember. Beberapa aktivitas tak membuat sebagian orang bisa menikmati liburan di musim dingin. Mereka tetap bekerja tanpa takut semisal angin sejuk yang menyeruak menusuk kulit.

Saat ini Raffa baru saja selesai mengerjakan pekerjaannya di kantor. Hari ini adalah hari terakhir Raffa berangkat karena perusahaan memberinya libur selama musim dingin tengah belangsung. Udara dingin membuat sebagian orang menggigil jika terus berada di luar rumah meski sudah memakai pakaian hangat sekalipun.

Setelah berkemas, Raffa segera pergi. Tak lupa mengenakan coat tebalnya agar terlindung dari udara dingin.

Baru beberapa langkah meninggalkan tempat kerja, sebuah mobil berhenti di depan Raffa. Raffa tersenyum tipis mengetahui orang itu adalah Zidan. Lelaki tampan itu keluar dari dalam mobil dan hanya memakai kemeja putih yang lumayan ketat sehingga mencetak tubuh berotot di balik balutan kain itu.

"Apa kau lama menunggu?" tanya Zidan khawatir. Pasalnya ia tak ingin Raffa kedinginan karena menunggunya.

Raffa pun menggeleng. "Aku berhenti melangkah saat melihat mobilmu sampai. Baiklah, ayo pulang. Aku mulai kedinginan."

Zidan membukakan pintu mobil untuk Raffa. Raffa membalasnya dengan senyuman kemudian masuk dan duduk dengan nyaman di dalam mobil. Setelah menutup pintu, Zidan menyusul Raffa masuk.

"Malam ini aku akan menginap."

"Kenapa tiba-tiba?"

Zidan menoleh bersamaan dengan kening yang mengerut. "Kenapa kakak bertanya seolah aku sudah tidak diperbolehkan lagi untuk menginap di rumah yang selama delapan belas tahun pernah menampungku?"

"Bukan begitu, aku hanya terkejut. Memangnya kau sudah meminta izin kepada ayahmu? Cuaca sangat dingin, pasti paman Dimas membutuhkanmu. Lebih baik kau tetap di rumah. Malam ini di prediksi akan ada badai dan tidak baik meninggalkan paman Dimas sendirian. Lagi pula aku sedang tidak menerima tamu."

"Ayah menginap di rumah Hassan. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk tidak bisa menginap di rumahmu. Aku tidak peduli semisal kau tidak menerima tamu, aku akan tetap menginap."

Raffa mengembuskan napasnya pasrah. "Baiklah, terserah."

"Duduklah terlebih dahulu, aku akan menata ulang kamarmu," titah Raffa setelah menggantungkan coat tebalnya pada gantungan pakaian di dekat pintu masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duduklah terlebih dahulu, aku akan menata ulang kamarmu," titah Raffa setelah menggantungkan coat tebalnya pada gantungan pakaian di dekat pintu masuk.

"Aku akan tidur bersamamu."

Raffa berbalik badan. "Tidak-tidak. Kau tidur sendiri di kamarmu. Masih mending aku mengizinkan kau tidur di rumah dan memberikan tempat ternyaman berupa kamar. Jika aku tidak sedang baik hati, mungkin aku sudah menyuruhmu tidur di kamar mandi."

"Oke, fine!"

Raffa mengerjapkan kedua mata cantiknya. Lihatlah bayi besar berkedok CEO yang sedang merajuk itu. Raffa tak mau ambil pusing dan segera masuk ke kamar lama Zidan untuk dibersihkan. Sebenarnya hanya perlu dipasangi sprei mengingat Raffa sering membersihkan kamar agar tidak ada debu yang menempel pada barang-barang.

Baby NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang