Anak laki-laki itu membalik setiap buku album yang menampilkan sepasang pengantin pria. Ia tidak sedang melihat kedua pengantin itu melainkan mencari hal lain.
Tangan mungilnya terus membolak-balikkan setiap halaman hingga bagian akhir lalu mencari ulang pada halaman utama. Bibirnya mencebik lucu saat mengetahui tidak ada dirinya di dalam album pernikahan kedua orangtuanya.
"Ayah, bubu, kenapa tidak ada foto Erik di sini? Apa benar Erik bukan anaknya ayah dan bubu?"
Kedua pasangan suami-suami itu saling melempar pandang kemudian tertawa terbahak-bahak oleh tingkah random anak laki-laki bernama Erik. Yang ditertawakan sudah bersiap akan menangis. Terlihat jelas dari kedua matanya yang mulai berair.
"Bubuuuuu!"
Pecah sudah tangisan Erik. Sang Bubu alias Raffa pun menghampiri sang anak kemudian membawanya ke dalam gendongan. Zidan mengusak rambut hitam Erik saat anak itu menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Raffa. Menangis tersendu-sendu hingga sesenggukan.
"Benar, Erik bukan anaknya ayah dan Bubu. Erik ayah temukan di kandang bebek."
Mendengar hal itu, tangisan Erik semakin menggebu-gebu. "Huaaah, bubu, ayah nakal!" Erik sedikit memberontak dalam gendongan Raffa. Air matanya keluar semakin banyak.
"Ayah, berhenti menganggu Erik," tegur Raffa sambil mengelus punggung bocah itu.
"Bubu nakal, kenapa bubu tidak berfoto dengan Erik saat ayah dan bubu menikah? Bubu nakal, bubu nakal, Erik ingin marah dengan bubu!"
"Hei jagoan bubu yang tampan, jangan mengatakan seperti itu. Waktu ayah dan bubu menikah, Erik masih belum ada. Untuk itu mengapa Erik tidak ikut bergabung berfoto bersama kami."
Erik berhenti menangis, namun kini ia melengkungkan bibirnya ke bawah, menatap Raffa dengan pandangan polos yang menggemaskan. "Benarkah? Lalu di mana Erik saat itu? Apa Erik sedang makan banyak sampai Erik tidak diajak berfoto?"
Raffa tertawa geli. "Hahaha iya, Erik sedang makan banyak waktu itu. Saking banyaknya makanan yang di makan, saat bubu memanggil Erik, jagoan bubu ini tidak mendengarnya."
"Bukan begitu ceritanya bubu. Saat itu Erik masih menjadi kecebong. Erik bisa sebesar ini karena dulu berasal dari kecebong yang kecil-kecil. Percaya sama ayah, ayah bersungguh-sungguh."
"AYAAHH!!"
Raffa menjauhkan kepalanya saat Erik berteriak nyaring di dekat telinganya. Ayolah, Raffa ingin istirahat setelah seharian ini membereskan rumah akibat perbuatan suami dan anaknyaㅡlebih tepatnya anak angkat. Sekarang Raffa harus bekerja ekstra menenangkan Erik yang menangis kencang karena terus di goda oleh Zidan. Suaminya itu memang suka sekali menggoda Erik hingga anak itu akan menangis meraung-raung tanpa mau berhenti.
Raffa menampilkan senyuman ceria saat melihat dua orang kesayangannya tengah bermain-main di kolam renang. Setelah sesi acara drama yang menyebalkan usai, Zidan mengajak Erik untuk berenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Nono
Fiksi PenggemarBagaimana perasaanmu saat seorang ibu tiba-tiba menyerahkan anaknya kepada orang asing? Itulah yang Raffa alami. ©Lillavias