30. Met again

3.4K 585 51
                                    

5 tahun kemudian

"Meeting kali ini aku mengandalkanmu, Raffa. Afiliasi kita sangat penting sehingga jangan sampai mengecewakan CEO mereka. Baiklah semuanya, segera ke ruang rapat karena sebentar lagi akan di mulai."

Raffa mengangguk patuh sambil menenteng beberapa berkas penting dan juga satu buah laptop. Raffa sudah pernah melakukan pertemuan bersama sebagian kolega penting sehingga ia tak perlu gugup apalagi kaku dalam membicarakan hal promosi.

Raffa sendiri sempat naik jabatan dari staff divisi biasa menjadi manager pemasaran. Itu semua berkat hasil kerja kerasnya yang enggan menyerah dalam berusaha untuk yang terbaik.

Raffa duduk menunggu perwakilan dari perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Raffa tersenyum pada rekan kerjanya yang terlihat gugup.

"Biasakan dirimu, kak Tirta. Untuk pertama kalinya memang agak gugup, tapi lama-kelamaan akan menyenangkan."

Laki-laki yang dipanggil Tirta itu terkekeh canggung. Ia menarik napasnya dalam lalu membuangnya secara perlahan. Raffa terkekeh melihat wajah pucat sang rekan kerja baru. Mengingatkan pada Raffa saat pertama kali bekerja.

Tak lama terdengar suara berasal dari luar ruang meeting. Raffa menoleh langsung merapikan penampilan agar enak dipandang.

"Silakan masuk tuan Zidan."

Mendengar manager utama menyebut nama 'Zidan' membuat Raffa segera mengangkat kelopak matanya. Seketika kedua mata rubah itu melebar melihat seseorang berpakaian jas formal itu masuk. Sosok yang lima tahun tidak pernah memberinya kabar setelah pergi dari rumahnya.

Zidan mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Raffa. Menatap Raffa dengan ekspresi dingin yang sialnya sangat tampan.

B-benarkan itu Zidan, kenapa dia terlihat berbeda dari yang terakhir kali aku melihatnya?

"Raffa, kau bisa memulainya," seru manager. Raffa mengerjapkan kedua mata cantiknya lantas segera fokus pada tujuannya berada di ruang meeting.

Raffa mulai menceritakan manfaat dari produk, keunggulan produk hingga keutamaan produk dengan penjelasan yang sangat baik. Zidan menyimak dalam diam menatap Raffa yang begitu luar biasa dalam presentasi. Sesekali Zidan menanggapinya dengan senyuman miring saat mata mereka tak sengaja bertemu.

Dia terlihat semakin cantik.

Setelah lamanya presentasi, akhirnya Zidan menandatangani surat keterangan kerjasama. Rapat berakhir dan Zidan telah menyetujui dua perusahaan saling bekerjasama. Raffa tersenyum profesional lalu membungkukkan badannya pada Zidan. "Terima kasih tuan Zidan, kami usahakan produk dari perusahaan kami tidak akan membuat anda mengalami kerugian."

Zidan tersenyum kemudian mengangguk ringan. Sorot mata Zidan tak ada hentinya menatap Raffa yang kini tengah beberes barang.

"Tuan Halmahera, mobil sudah siap," seru seorang pria berpakaian formal.

"Kau bisa duluan. Baiklah, aku rasa rapat telah selesai. Itu berarti aku boleh pergi? Untuk masalah produk, marketing bisa mengantarnya ke perusahaanku dan memperkenalkan produk tersebut ke konsumen."

"Baik, kami akan mengaturnya," balas Tirta ramah. Zidan hanya mengangguk menanggapi seruan orang-orang di dalam ruangan.

Zidan melirik Raffa sekilas kemudian pergi meninggalkan tempat. Raffa menatap sendu punggung Zidan yang menjauh sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu. Mengapa Zidan tidak menyapanya atau setidaknya katakan sesuatu setelah lima tahun tak bertemu? Raffa mengembuskan napasnya berat, mendekap laptop di tangan kanan dan menenteng tumpukan stopmap di tangan kirinya.

"Aku akan menemui direktur." Raffa membungkukkan badannya pada Tirta, wanita bername tag Selina Umaya dan managernya. Ketiga orang itu membalasnya dengan anggukan.

Saat hendak melangkah masuk ke dalam lift, sebuah tangan tiba-tiba menarik pergelangan tangan Raffa kemudian dengan cepat benda kenyal nan basah itu meraup bibir tipis Raffa. Raffa masih belum konek sehingga diam tertegun melihat mata tajam yang terpejam. Di bawah kelopak mata kanannya terdapat tahi lalat di mana Zidan mempunyai satu di situ.

Zidan melepas pagutan mereka. Memandang Raffa yang tengah menatapnya dalam keterkejutan. Zidan pun terkekeh kemudian mencium singkat pipi Raffa.

"Aku merindukanmu, kak."

Raffa membulatkan kedua bola matanya saat setelah menyadari apa yang Zidan perbuat disaat masih jam kantor.

"Apa yang kau lakukan, ini masih jam kerja! Bagaimana jika sampai ada yang melihat?"

"Tidak masalah, karena mereka melihat pasangan yang sebentar lagi akan menikah, jadi untuk apa cemas?"

"Kau masih sama menyebalkan seperti lima tahun lalu. Kenapa tidak pernah menghubungiku?! Aku menunggumu!"

Zidan tersenyum tengil. "Wah, benarkah kak Raffa menungguku? Aku tidak menghubungimu karena nomor teleponmu menghilang dari kontak di ponselku. Tapi tak masalah, sebuah kejutan kita bisa bertemu lagi dan kau  ... kau semakin cantik ya, kak."

"Jangan membual!"

"Aku tidak membual, itu kenyataan. Mari kita habiskan waktu untuk saling melepas rindu. Aku merindukan masakanmu, merindukan omelanmu dan rindu merusuh hingga wajahmu memerah seperti tomat."

Raffa memberikan tatapan tajam ke arah Zidan yang sudah tergelak tawa. Menggemaskan sekali wajah memberengut Raffa.

"Kak, jangan terlalu imut. Bahaya jika aku mimisan di sini."

"Cih, omong kosong. Enyahlah, aku ingin kembali bekerja."

"Baiklah bundanya anak-anakku, semangat bekerja. Secepatnya aku akan menikahimu." Diakhiri kecupan lagi di pipi Raffa. Raffa langsung memelototkan mata menatap Zidan yang kembali tertawa terbahak-bahak karenanya. Ia sangat merindukan ketika bisa menjahili Raffa.

Baby NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang