PART 18 : WINTER SADNESS

2.6K 124 47
                                    

WELCOME TO MY STORY

ABSEN DONG YANG MASIH STAY DI LAPAK INI

WELL, HAPPY READING AND ENJOY

Penjelasan dokter mengenai kondisi sang ayah membuat dunia Grace seakan runtuh di bawah kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjelasan dokter mengenai kondisi sang ayah membuat dunia Grace seakan runtuh di bawah kakinya. Ia keluar dari ruang dokter tersebut dengan langkah sempoyongan, dan wajah pucat pasi.

Grace tidak bisa membayangkan bagaimana jika hal terburuk menimpa ayahnya. Pecahnya pembuluh darah di otak, ulang batin Grace terus menerus. Tidak banyak yang ia harapkan, kalaupun Frederick sembuh, akan melewati masa terapi yang terbilang cukup lama dan tentunya menelan biaya yang tak sedikit. Itupun tidak akan membuat sang ayah sembuh total seperti sedia kala.

Sambil terus berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit, dengan tatapan kosong. Sebisa mungkin Grace menahan air matanya yang mulai menggenang di pelupuk mata. Sampai akhirnya ia tiba di depan pintu ruangan, ruang inap yang baru saja ditempati Frederick setelah pemindahannya dari ruang ICU.

Menghela napas panjang, Grace pun membuka pintu ruangan itu perlahan. Di dalam sana sang ayah tergeletak tak berdaya seorang diri, lengkap dengan selang-selang yang terpasang di hidung dan bagian dadanya.

Sesak, sangat sesak melihat orang yang ia kasihi dalam keadaan seperti ini. Grace pun mendekat, dan menggenggam tangan ayahnya.

"Dad...," lirih Grace. "I'm here," lanjutnya, meskipun tahu sang ayah tidak akan meresponsnya.

Namun, selang beberapa detik tangan Frederick tiba-tiba bergerak dan membalas genggaman tangan Grace, seolah merasakan kehadirannya.

Sontak Grace pun terkejut senang. "Dad, did you hear me?" tanya Grace bersemangat, senyumnya mulai mengembang. Ia sangat yakin Frederick mendengarnya.

Lagi, Frederick menunjukkan respons dengan bibir membentuk senyum kecil yang kaku. Grace pun kembali tersenyum senang, ia bahkan tidak percaya hal itu terjadi.

"Thank God," ucap Grace dengan meneteskan air mata bahagia, tak henti-hentinya ia memanjatkan puji syukur. Harapan Grace untuk kesembuhan sang ayah pun kian membesar.

Selama di ruang tersebut, Grace aktif mengajak Frederick berbicara meskipun tanpa jawaban. Grace menceritakan apapun hal-hal yang menyenangkan, ia yakin sang ayah masih bisa mendengarkannya.

. . .

TREASURE ISLAND

Sekitar pukul sembilan malam, Raymond terlihat masih menduduki kursi yang terletak tepat di depan meja bar. Suasana Treasure island malam itu terbilang lebih sepi dari biasanya.

Lalu, seorang bartender pun datang membawa gelas dan sebotol wine putih ke hadapan Raymond, dan menuangkan botol berisi wine tersebut ke dalam gelas.

LUCKY BITCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang