2

4.2K 389 16
                                    

Ashel dan zee adalah sahabat sejak kecil. Lebih tepatnya sejak mereka lahir. Tidak, kayaknya persahabatan mereka emang takdir. Karna keynan dan cio juga bersahabat sejak remaja. Ya walaupun cio lebih muda beberapa tahun dari keynan. Tapi mereka benar-benar terlihat sefrekuensi dari segi manapun. Bahkan banyak yang mengira jika mereka adalah kakak beradik.

Keynan dan cio membangun rumah impian mereka berdekatan. Di salah satu desa yang masih asri dan jauh dari huru hara perkotaan.

Di desa ini, keynan cio dan keluarganya terkenal dan dihormati juga disegani karna jasa mereka yang telah menaikkan perekonomian warga karna berhasil menarik wisatawan berkat beberapa fasilitas juga akses yang mereka bangun.

Seperti pagi ini misalnya, tak sedikit warga yang menyapa ashel dan zee saat bersepeda..






























"chel, kayuh kali chel!!" adzizi hafal sekali dengan akal bulus orang di belakangnya ini. Setiap di ajak bersepeda, ashel selalu menaikkan kakinya agar dia tak perlu mengayuh pedal. "ish, chel. Berat tau!"

Sepeda dengan dua sadel itu berjalan gontai sedikit tidak imbang karna adzizi yang merasa keberatan mengengkolnya sendirian. Sedangkan ashel? Gadis itu sedang asik memakan sanwich dari mamah adzizi sebelum berangkat tadi. Kaki nya naik ke badan sepeda dengan satu tangan di stir belakang dan satu lagi di depan mulut.

"bentar zee, sayang sanwichnya belum abis!"

"ah, tau gitu kita naik sepeda sendiri-sendiri aja chel, percuma sepeda gandeng gini kalo cuma kaki ku yang kerja sendiri" kesal zee dengan raut di tekuknya sambil membalas sapaan orang-orang yang dia lewati dengan anggukan kepala.

"satu suap lagi! Mmah ubwah selwsai" gumam ashel tidak jelas karna suapan besarnya.

Tidak jauh dari situ, zee pun berhenti, menepikan sepedanya di jalanan sawah yang mereka lewati.

"nih, minum" menyerahkan satu botol air dari tasnya pada ashel.

"makasih" ashel pun meminumnya lalu mengembalikannya pada sang empu. Mau se kesal apapun zee pada sahabatnya, sayangnya zee tetaplah zee. Mana tega dia membiarkan tuan puterinya selesai makan tanpa ada minum. Kalau keseretan gimana? Trus abis itu tenggorokannya sakit gimana? Jadi radang? Ashelnya demam? Bisa-bisa di gorok dia sama papanya.

Saat hendak kembali mengayuh sepeda, ada yang menyapa mereka..


















"pagi nona zee, nona shelma" tegur seseorang ramah. Orang itu tampak basah dengan tampar kerbau di tangannya. Tentu saja juga kerbaunya.

"eh iya pagi pak"
"pagii"

Jawab ashel dan zee tak kalah ramah memamerkan senyum manis mereka.

"mau kemana non pagi-pagi gini?"

"mau cari pak mamat pak, bapak tau nggak?" ashel yang menjawab.

"ohh iya ada non, di saung sana" tangan bapak itu menunjuk satu arah di belakangnya. "sedang memasang atap, katanya kemarin dirusak angin"

"di sana ya pak?" tanya ashel lagi memastikan.

"iya disana. Di sawahnya pak agus!"

"mm. Pak agus ya.. Yaudah makasih pak, lanjut aja. Maaf ngerepotin"

"enggak non shelma. Sama-sama. Kalau gitu saya permisi dulu. Mari, nona zee"

Melihat si bapak sudah berlalu, ashel beralih pada pundak adzizi.

"zee zee" panggil ashel membuat sang pemilik bahu menoleh.

"apa?"

"pak agus siapa?"

mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang