3

2.8K 366 31
                                    

"kamu tunangan sama shelma!"

"HAH?!" pekik zeeshel bersamaan.

























Ashel dan zee saling pandang. Apa maksutnya dengan tunangan, batin mereka. Ya mereka tak mempermasalahkan soal mereka yang sama-sama perempuan. Tapi ini ashel dan zee.. Mereka sahabat sejak lahir. Bagaimana bisa?! Dan kenapa harus?

"keberatan?" tanya cio lagi.

"kalau kalian setuju papi akan urus keberangkatan kalian sekarang juga. Sekitar tiga hari lagi kalian sudah bisa berangkat dengan semua fasilitas yang tersedia" tambah keynan yang membuat ashel dan zee semakin tersudut.

Mereka pun saling sikut. Di bawah meja, ashel menendang kaki zee cukup keras mengode agar zee saja yang membuat keputusan.

"sakit shelma!" bisik zee sangat lirih.

"kamu yang jawab zee" balas ashel tak kalah lirih.

"kok aku lagi sih chel, dari tadi kamu diem loh"

"hufft, yaudah"

Mereka pun menegakkan badannya setelah cukup berbisik-bisik ria.

"ekhm" ashel berdehem tanda akan berbicara sedikit serius. Cio dan keynan menaikkan satu alisnya siap mencerna jawaban dari anak mereka. "ashel ikut zee aja"

Wtf, Jawaban singkat ashel membuat mata adzizi melotot, berbeda dengan seisi ruangan yang justru menahan tawa karna tingkah anak mereka. Huh, Ashel ini, benar-benar merepotkan batin zee.

"chel, yang bener aja!!" bisik zee sambil menginjak kaki ashel di bawah sana.

Ashel tersenyum kecut menahan sakit di kakinya tanpa memperdulikan bisikan adzizi.

"so gimana zee, kalian tunangan malam ini dan lusa berangkat?" ujar cio yang mengompori anak tunggalnya. Dia tau zee benar-benar ingin sekolah di kota dan menetap disana.

"malam ini?" cio mengangguk, "malam ini banget pah?"

"iya cepet zee, sebelum papah tarik tawaran papah"

"eh, ok zee mau!" balas zee cepat. "zee dan ashel akan tunangan malam ini"

Mendengar itu, keynan dan cio tetsenyum puas.

"hahaha, ok. Kalau gitu papah sama om keynan akan urus keberangkatan kalian segera. Ashel dan zee akan tinggal satu apartement di jakarta. Kalian akan dapat satu mobil dan sekolah terbaik disana" terang cio pada anak-anaknya.

"kita satu apart pih?" giliran ashel bersuara.

"iya lah, masak iya papih biarin kalian tinggal di kota cuma berdua, pisah kamar lagi"

"yahh ga asik dong pah, nanti kalo temen-temen zee main ke apart trus ashelnya gimana?"

"iya, ashel juga kalo ada temen-temen mau nginep gimana. Kasian adzizi dong!"

"yakin banget kalian ga bakal se kelas? Lagian apart kalian tuh besar. Sama kayak apart adzizi yang biasa kalian datengin kalo lagi kabur" mendengar itu nyali ashel dan zee sedikit menciut. Mereka memang sering kabur-kaburan ke kota kalau lagi bosan. "ada dua kamar, pantry, ruang tv.. Papah bisa kasih yang lebih mewah kalau kalian mau" terus cio.

"ng-nggak, pokoknya zee mau apart kita masing-masing. Titik"

Ashel mengangguk menyetujui ucapan adzizi. Mereka seperti buruh yang menuntut hak nya sekarang.

"zee" tegur shani lembut pada anaknya.

"no mom, adzizi mau sendiri-sendiri aja. Lagian udah biasa. Zee juga bakal tetep ngerecokin ashel kok tiap pagi buat minta sarapan"

mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang