19

2.2K 264 10
                                    

Srenggg

"HWOOOH"
"minggir minggir"

Whussh
"Hwaaa ATI ATI DONG!"

"MAMAAAHH!!" Api mengobar tinggi di atas wajan zee. Dia berlarian ke kanan dan kekiri benar-benar heboh.

"matiin matiin matiin"

"GIMANA CARA MATIIN NYAAA!!!"

Ashel memijit pelipisnya sakit, mungkin meminta adzizi memasak adalah sama saja dengan melawan hukum alam. Gadis itu bukan belajar malah terlihat ingin membakar tempat ini berulang kali. Meja pantry nya juga terlihat yang paling kotor dan berantakan. Sepertinya keahliannya memang hanya untuk mencuci piring kotor.

Byurrr
"cukup, berhenti dulu semuanya!"

"..."

"maaf mbak, tapi anda harus mencari tempat les yang lain. Teman anda terlalu banyak membuat kekacauan juga kerugian, peserta lain jadi merasa tidak nyaman. Sekali lagi saya mohon maaf"

Ashel mengangguk dan tersenyum, sudah dua tempat yang menolaknya seperti ini. Adzizi benar-benar tak tertolong.

"iyah baik, maaf ya buk" balas ashel sopan. "buat apa-apa yang perlu diganti akan saya urus pembayarannya. Untuk satu hari ini juga akan tetap saya bayar"

"terimakasih, sekali lagi mohon maaf"

Ashel tersenyum, menghela nafasnya lelah. Dia berjalan lebih dulu keluar gedung di ikuti zee yang menyusul sambil berlari.

Sampai di depan mobil, ashel menyilangkan tangannya di dada menyambut kedatangan zee. Zee yang memang mengejar dengan secepat kilat sudah berdiri di hadapannya dengan menunduk. Tangannya juga bertemu di depan pusar saling terkait.

Ashel diam, zee mencoba mendongak sekilas. Dia bisa melihat tatapan ashel begitu tajam ke arahnya.

Zee melangkahkan kakinya mendekat.

Masih menunduk, gadis itu meraih ujung seragam ashel yang di keluarkan. Dia menarik-narik seragam itu seperti anak kecil yang ingin membujuk orang tuanya.

"chell.." lirih zee. Ashel berdengus.

"pulang zee, besok kita cari tempat les lagi" ucapnya sabar. Zee memberanikan diri mendongak, menatap penuh pada ashel.

"gak marah kan chel?" tanyanya takut-takut. Ashel tersenyum manis dan menggeleng.

"pulang, capek banget aku"

Melihat ashel yang tak marah seperti biasa, zee jadi terharu. Agak berlebihan si,  dia merengek memeluk gadis itu sangat erat. Ashel memutar matanya malas namun tetap membalas pelukan itu.

"hwaaa... Maafinn chell" ashel hanya menepuk punggung zee pelan. Dia menenangkan tanpa bicara. Dia sudah sangat lelah hari ini. Entah kenapa rasanya seperti demam akan menyapanya. "nanti aku cari lagi janji, aku liat juga kamu masak biar ga buta-buta amat" ashel mengangguk di pundak zee. Zee bisa merasakan itu.

Saat pelukan mereka terlepas, zee terkejut melihat bibir ashel yang memucat. Badannya juga melemas harus di tumpu oleh tangan zee.

"chel kamu kenapa?? Kamu sakitt" zee menangkup pipi ashel, menyentuh keningnya juga. Melihat mata sayu ashel yang hampir tertutup. "panass" gumam zee. "kita pulang sekarang"

Zee menuntun badan ashel duduk di jok kiri. Dia memasangkan seatbelt untuk gadis itu juga.

15 menit perjalanan, mereka sampai di parkiran apart. Sepanjang jalan tadi juga satu tangan zee tak pernah lepas dari kepala ashel dan mengusapnya.

mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang