11

2.3K 264 18
                                    

Di apart ashel,

Zee sedang memeluk ashel dari belakang dengan posisi duduk menyamping di sofa.

Ashel menyandarkan punggungnya ke dada zee juga kepalanya di samping kepala zee yang sedang bersandar juga di sudut sofa berbentuk L.

Sejauh ini, itu adalah posisi ternyaman untuk mereka.

Zee memainkan tangan ashel di perutnya, menautkan jari-jari mereka mengeratkan dekapan itu karna cuaca juga sedang dingin malam ini.

"tadi makanannya enak nggak zee?" ashel mendongak sebentar bertanya pada zee yang tak memutus mata nya dari tv.

"enak chel"

"hm" merasa pembicaraannya habis di situ, ashel kembali mencari topik baru.

"soal fiony gimana?" tanya ashel tiba-tiba. Zee jadi menoleh menatap mukanya sedikit menunduk.

"dia kelas sebelas chel, panggil yang sopan" tegur zee kemudian kembali memfokuskan pandangan pada kotak bergambar itu.

"iya, ce fiony.. Kamu sama ce fio gimana? Udah jadian ya" zee menggeleng. Dia menjawab tanpa menengok. Acara spongesbob sedang seru-seru nya untuk di tonton.

"nggak mungkin aku jadian nggak bilang-bilang kamu. Lagian kalo mau nembak juga pasti minta restu dulu dari kamu, mau siapa lagi yang bakal restuin aku. Papah? Mamah? Di gorok duluan yang ada, mana sempet nembak kalo gitu ceritanya, keburu ko it" canda nya dengan nada datar.

Ashel? Pura-pura tertawa saja.

"ya ko it aja zee, dari pada jadi punya orang" tanpa sadar, ashel bergumam sangat lirih dan tidak terdengar jelas di telinga zee.

"apa chel?" zee kembali menunduk.

"nggak" ashel memiringkan badannya menghadap tv. Dalam posisi seperti ini, dia juga bisa memeluk zee. Zee pun membiarkannya karna mungkin ashelnya mengantuk, pikirnya.

Zee mengusap kepala belakang ashel yang sedang menenggelamkan wajahnya di ceruk leher zee. Ashel memeluk pinggang itu posesif seakan tak ingin melepaskannya sedetik pun atau bahkan pada siapapun.

Entah kenapa ashel juga bingung dengan dirinya, dia hanya tidak ingin zeenya terbagi.

Rencananya yang akan membiarkan sahabatnya untuk memacari seseorang jadi dia ragukan karena mengingat zeenya yang sudah sedikit jauh akhir-akhir ini.

Dia jadi takut bahwa jarak yang sekarang disebut 'sedikit' itu lama-lama akan memanjang.

"zee" panggil ashel lagi.

"hm" balas zee bergumam.

Ashel diam. Bukannya meneruskan, ashelnya malah diam. Zee pun menoleh lagi, melihat wajah itu.

"apa chel?" zee mengusap pipi ashel lembut. Apa dia terlalu mencuekkannya tadi? Zee jadi merasa bersalah.

"kenapa?" tanya nya sekali lagi. Masih tak ada respon. Zee malah merasakan lehernya mulai basah karena air mata. Zee tau ashel nya sedang menangis.

"loh chell kamu nangis?" zee berusaha mengangkat kepala ashel tapi gadis itu malah semakin menenggelamkannya dan menggeleng. "iya chel kamu nangis inii, kamu kenapa. Bilang sama aku hei. Kenapa kamu nangis?"

Zee semakin panik, pasalnya tangis ashel semakin sesenggukan meski tak mengeluarkan suara. Jika dari buku yang pernah zee baca, tangisan dalam diam itu sangat sakit. Dia tidak mau ashel nya menahan itu. Dengan sekuat tenaga, zee berhasil mengeluarkan ashel dari dekapannya.

Zee menangkup pipi ashel yang masih menunduk. Dia berusaha melihat mata ashel meski harus dia yang mengintip dari bawah mencari-cari wajah itu.

"chell ayo dong, jangan bikin aku panik" zee yang tak kunjung mendapat respon, kembali mendekap ashel dan memilih menenangkannya saja lebih dulu.

mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang