38

3.1K 312 20
                                    

Matahari baru saja menampakkan diri sempurna setelah tadi sempat mengintip di ufuk timur.

Zee dengan rambut basahnya dan handuk putih yang ia usapkan di kepala itu keluar dari balik pintu kamar mandi lengkap dengan stelan santai namun tetap rapi.

Berjalan kehadapan cermin, zee menyisir rambutnya ke kanan dan ke kiri menyisakan belahan di bagian tengah.

Menaruh sisirnya kembali, zee mengurai rambut itu ke belakang menggunakan jari.

Selesai, zee kelihatan keren sekarang!

Tanpa menambahkan apa-apa lagi, zee keluar dari kamar mencari keberadaan sahabatnya. Dia yakin gadis itu sedang berada di area dapur.

Dan yah, tebakan yang sempurna. Ashel yang sudah rapi dan juga wangi tengah berkutat dengan wajan di hadapan kompor. Dengan lancang zee mendekati gadis itu lalu memeluknya dari belakang.

"abis mandi air mau mandi asap?" ucapnya tiba-tiba membuat ashel yang hendak protes mengurungkan niatnya. Gadis itu memutar matanya malas sambil tetap melanjutkan aktifitas memasaknya.

"daripada ganggu mending duduk manis aja disitu" balas ashel dengan ketus seperti biasa. "kalau ga mau gabut, kamu bisa buat susu sendiri pakek air dalem termos"

Bukannya melepaskan, zee malah semakin mengeratkan pelukannya. Tangan yang melingkar di pinggang ashel itu serasa terkunci.

"siapa bilang aku gabut, orang aku lagi transfer energi"

"energi bapakmu! Udah ah sana, gosong ntar ikan ini"

"gamau gosong ya di balik chel, apa kamu yang mau aku balik?"

"yang ada kamu yang aku jungkir!! Udah ah sana, beneran aku gantung kakimu!"

"huh" dengan berat hati, zee melepaskan rangkulan itu. "galak banget si. Di baik-baikin juga"

Langkahnya berlalu menghampiri kotak bubuk di pojok counter, dia meraih gelas, menyiapkan susunya dengan kesal.

Ashel tak menghiraukan, dia memilih meniriskan gorengannya menaruhnya di piring dan membawanya ke atas meja.

Ashel menaruh celemek yang dia pakai lalu duduk di kursi itu menghadap zee yang baru kembali dengan susu nya.

"ambil sayurnya dulu, biar aku pisahin bentar duri-duri nya" kata ashel yang mulai memilah-milah daging dengan tulangnya.

Adzizi memang tidak suka makan makanan laut, sekalipun ashel bilang ikan ini dari tambak pun dia tidak akan pernah mempercayainya. Jadi untuk membuatnya sekedar mau makan, ashel selalu melakukan hal ini. Paling tidak, zee tidak perlu merasa repot hingga banyak mengajukan protes.

"kamu kenapa masak ikan?"

"karna kamu selalu makan masakan aku!"

Benar, fakta valid yang tidak bisa zee bantah. Memang benar dia tidak pernah menolak masakan ashel sekalipun gerutuan kerap muncul dari mulutnya karna beberapa menu yang tidak dia suka.

"hufft, ok skip" zee menerima piring ikan yang di sodorkan ashel. "aku nanti boleh temenin kamu disana kan?"

Ashel mengangguk menjawab pertanyaan zee. Mereka memang mau ke suatu tempat hari ini. So berpakaian rapi se awal ini bukan lah tanpa alasan.

"tapi jangan bikin masalah ya" tegurnya serius.

"hmm" zee memilih menyumpal mulutnya dengan sendok. Jujur dia pun merasa bosan dengan peringatan itu. Tapi tidak bisa di pungkiri. Dimana ada masalah, di situ ada zee.
...







































mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang