21

2.4K 277 23
                                    

Sett

Ashel tercekat melihat siapa yang berdiri di belakanganya.
...
























"ci celine?"




























"shel.."
























"ciciii"

Ashel memeluk erat wanita cantik yang sedang bertumpu lutut di depannya. Dia menangis menumpahkan rasa sakitnya.

"cup cup cup" ucap celine menenangkan. Dia mengusap punggung dan kepala ashel teratur.

Celine sudah seperti kakak sendiri. Usianya terbilang muda bahkan gadis itu belum berkeluarga.

Ashel sering di temani celine saat bermain ke kantor papinya. Dan seperti itu lah mereka dekat.

Ashel pun mendongak melepaskan pelukannya. Dua tangannya masih berada di pinggang ramping itu.

"ccici kenapa a da disini?" tanya ashel sesenggukan. Suaranya parau terdengar serak membuat celine semakin prihatin.

"cici emang nggak kemana-mana shel, cici dari dulu disini" jawab celine masih mengusap puncak kepala ashel.

"maksut cici? Cici ga pernah balik ke kantor?"

Celine menggeleng, "engga, cici selalu disini ngawasin kamu"

"berarti cici-" teka ashel menggantung. Sementara celine mengangguk karna sudah paham arah pembicaraan anak atasannya.

"pak keynan nggak pernah minta cici untuk pulang. Beliau mau cici tetap disini ngawasin kamu. Cici tau semua yang kamu alamin di tempat ini. Cici tau semua masalah yang kamu hadapi sama adzizi. Cici tau pasang surut hubungan kalian. Termasuk soal pembulian yang kamu alami, cici tau semuanya. Cici liat tapi belum saatnya cici keluar. Cici juga udah berusaha bebasin kamu dari tiga berandal itu tapi cici belum bisa. Keluarga mereka punya backingan dan cici nggak bisa nglakuin itu tanpa bantuan papi kamu" terang celine panjang lebar.

"maksudnya..papi belum tau soal itu?"

Celine menggeleng, "kamu nggak mau mereka tau kan?"

Ashel mengangguk dan kembali memeluk celine, "makasih, makasih ci. Makasih banget.. Shelma nggak mau mereka sedih"

"iya"

"tapi ci-" ashel melepas pelukannya lagi. Dia menatap penuh mata sekertaris papi nya itu.

Apa?



























"kak anin juga disini?"

"..."


Deg











































Di apart zee...

Gadis dengan rambut berantakan itu meringkuk di depan sofa membenamkan kepalanya di antara lutut.

Dia sudah memecahkan beberapa gelas, piring bahkan vas untuk meredam emosinya. Dia marah pada diri sendiri, karna itu dia juga melukai dirinya sendiri.

Dia sudah kehilangan ashel, bahkan dia juga yang membuat fiony pergi. Dia kehilangan kepercayaan orang terkasihnya bahkan juga mungkin orang tua nya.

Adzizi bisa membayangkan jika seorang Arcio tio arsie mengetahui perilakunya, entah apa yang akan tersisa dari dirinya.

mate (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang