9. Tukang Cari Masalah

52.3K 6.3K 31
                                    

Luna berjalan pelan ke arah pintu utama restoran, setelah turun dari taksi.

Perempuan itu baru saja mengantar Christ dan keluarganya ke bandara, untuk pulang ke Australia tempat di mana mereka menetap selama ini.

Sedih sekali kembali berpisah dengan sahabat yang begitu memahaminya. Selepas kejadian di makam kemarin, Luna berjanji di hadapan Christ untuk hidup dengan damai setelah ini.

"Lun," Seru Tami yang tampak tergopoh-gopoh berlari ke arah Luna, membawa banyak berkas di tangannya.

"Kenapa Tam, masih pagi udah repot gitu sih." Decak perempuan itu sembari meletakkan tas ke mejanya.

"Ada sesuatu yang harus gue omongin sama lo. Ini menyangkut ganti rugi dengan perusahaan yang kemarin pesan katering di kita." Luna mengernyit, seingatnya hanya ada satu perusahaan yang mempersulit restorannya.

"Oh, yang PH milik Galang Hadiwinara itu." Tebak Luna dengan nada malas. Apalagi, harus menyebut nama perusahaan itu.

"Gini Lun, gue udah menjalankan kewajiban kita untuk mengurus ganti rugi. Bahkan dari Resto udah kirim perwakilan ke sana untuk kasih ganti ruginya."

"Terus?" Tanya Luna tidak sabar, karna Tami tampak ragu melanjutkkan ucapannya.

"Ganti rugi kita ditolak."

"Lah, gimana sih?! Maunya apa?"

"Pihak mereka maunya lo sendiri yang datang buat kasih ganti rugi itu." Lanjut Tami dengan raut merasa bersalah, apalagi Luna terlihat begitu marah.

"Sialan, udah pasti ini akal-akalan orang itu!" Gerutu Luna sembari membanting botol minum di tangannya.

"Ulah siapa Lun??"

Sejenak Luna menghela nafas lalu menatap Tami. "Lo tahu tentang masa lalu orangtua gue? Ah bukan, maksud gue ulah mama."

Tami mengangguk cepat, bahkan seluruh pelosok negeri sepertinya tahu banyak hal mengenai skandal Tamara di jamannya.

"Apa ada hubungannya?"

"Ada, jadi PH yang kemarin pesan katering di kita adalah PH milik Galang Hadiwinara. Mungkin saat lo baca proposal kemarin nggak begitu ngeh sama nama PHnya."

"Iya, gue cuma baca sekilas dan nggak mikir apa-apa soal nama PH, bahkan nggak kepikiran apapun."

"PH itu adalah tempat di mana nama mama gue tumbuh. Dulu, dia bergabung dengan managemen yang bernaung di PH itu juga. Gue nggak begitu paham soal ini, tapi setahu gue, Galang Hadiwinara memang punya banyak perusahaan yang sebagian produknya pakai mama untuk kebutuhan iklan."

"Tapi bukannya lo bilang PH itu udah lama nggak aktif? Bahkan sebagian besar artisnya juga pensiun?"

"Anak Galang yang udah bertahun-tahun nggak gue dengar kabarnya, sepertinya kembali membangun PH itu. Dia pasti sengaja lakuin ini Tam, gue tahu persis anak Galang itu benci banget sama keluarga gue."

"Jadi lo pikir, ini salah satu cara dia untuk balas dendam?"

"Bisa jadi!"

"Astaga Lun, gue minta maaf karna kemarin udah janji nggak akan bikin lo ribet tentang persoalan ini. Tapi ternyata gue nggak bisa bantu apa-apa." Sesalnya.

"Udahlah Tam, santai aja. Gue bisa kok menyelesaikannya. Yah, walaupun harus berhadapan lagi sama orang-orang itu." Ujar Luna pasrah.

"Gue selalu doain lo Lun!"

"Thanks!"

•••••••••

Untuk pertama kalinya, Luna menginjakkan kaki di tempat ini. Mengingat beberapa malam yang lalu, perempuan itu merasa hidupnya belum tentu tenang setelah kejadian yang menimpanya.

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang