"Non, ada tamu..." Seru mbak Tin sembari mengetuk pintu kamar majikannya.
Luna beranjak lalu membuka pintu kayu itu. "Siapa mbak?"
"Itu non, Bu Viani ada di bawah."
"Loh, hari ini ada jadwal pendampingan ya?"
"Enggak non, kata beliau mau main aja sekalian ketemu non Luna."
"Oh gitu, suruh tunggu bentar ya mbak. Tolong bikinin minum dulu."
"Baik non." Mbak Tin beranjak, sedangkan Luna merapikan penampilannya sebentar.
"Sore tante.." Sapa Luna sembari berjalan mendekat ke arah Viani.
"Luna, maaf ya kemarin di acara seratus hari pak Robi, tante nggak bisa hadir." Ujar Viani tidak enak hati.
"Nggak papa tante, aku tahu kerjaan tante pasti banyak." Sahut Luna sembari tersenyum.
"Oh iya, tumben tante ke sini sore-sore."
"Tante pengen main aja Lun, lagian sudah hampir sebulan tante nggak kasih kamu pendampingan. Maaf ya, kerjaan tante benar-benar full."
"Nggak pa-pa tante. Luna rasa, kondisiku sekarang sudah jauh lebih baik. Sepertinya tanpa didampingi lagi juga tidak masalah." Ujar Luna yakin.
"Kamu serius?"
Perempuan itu mengangguk cepat.
"Tapi tante masih boleh kan kalo misal mau main ke rumahmu, atau ketemu kamu di luar?"
"Boleh dong!" Jawab Luna sembari tertawa.
"Tante senang, kamu sudah mulai ceria."
"Iya, ini berkat tante juga."
"Enggak dong, itu karna motivasi dari diri kamu sendiri. Tante tahu, kamu sudah berusaha yang terbaik."
"Tapi aku juga perlu berterimakasih sama tante Viani, karna tante sudah mau menjadi teman cerita yang baik selama beberapa minggu ini. Yah... Selain Tami dan mbak Tin, Luna nggak punya tempat berkeluh kesah sekarang."
"Loh, jujur tante malah senang kalo kamu nyaman bercerita sama tante." Luna menatap wanita di depannya, kemudian tersenyum haru.
"Tante mau minta apa dari Luna? Anggap saja sebagai tanda terimakasih, karna tante udah mendampingi Luna sampai sesembuh ini sekarang."
Viani terdiam tampak berfikir beberapa saat.
"Emm...Tami udah pulang dari Australia, kan?" Luna mengangguk. Sedikit mengernyit karna Viani justru bertanya perihal Tami.
"Beberapa hari lalu, Tan. Kenapa memangnya?"
"Berarti udah mulai kerja?"
"Iya, bahkan kemarin setelah pulang dari bandara langsung ke Restoran."
"Kalo misalkan weekend besok kamu ikut tante mau nggak?"
"Tante mau ke mana?"
"Tante mau pulang ke Singapura."
"Lalu, kenapa harus ngajak aku?"
"Liburan yuk ke sana.." Luna terdiam, sedikit ragu dengan ajakan Viani.
"Tenang aja, nanti tante minta ijin ke mbak Tin, pak Sunan sama Tami. Tante akan bicara sama mereka, terutama ke Tami yang agak waspada sama tante.." Tutur Viani sembari terkekeh geli menyadari raut bingung di wajah Luna.
"Ehkmm... Sepertinya, Luna lagi nggak pingin pergi-pergi, Tan.." Ujar perempuan itu dengan nada pelan. Ada perasaan tidak enak hati menolak permintaan Viani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)
ChickLit[READY EBOOK 📱] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamkan matanya, berusaha meredam amarah atas tuduhan dari seseorang yang sejak bertahun-tahun perempuan...