21. Dari Hati ke Hati

45.6K 5.9K 137
                                    

"Serius banget Lihatnya!" Seru Brams membuat Rayhan terperanjat. Cangkir di tangannya bahkan sampai oleng, hingga kopinya tumpah sedikit.

"Ngagetin aja!" Gerutu laki-laki itu sembari mengelap tangan dengan tissue.

Brams terkekeh, lalu mengambil tempat di samping Rayhan. Matanya mengikuti arah pandang pria tadi. Di balik dinding kaca itu, mereka bisa melihat Viani dan Luna yang asyik berbincang, sesekali tertawa dan saling berpelukan.

"Beneran teman?"

"Siapa?" Tanya Rayhan bingung.

"Kamu sama Luna." Jelas Brams.

"Oh, iya. Teman SMA." Jawab laki-laki itu singkat.

"Teman dekat?" Tanya Brams lagi.

"Dulu temenan biasa. Cuma setelah skandal itu terkuak, kita bukan teman lagi."

"Sudah pasti kamu yang memusuhi." Tebak Brams begitu yakin.

"Semua orang di sekolah memusuhi dia. Mana ada yang mau temenan sama anak pelakor, kan?" Tukas Rayhan membuat Brams mengernyit. Pria itu tahu, dendam Rayhan pada Tamara tidak pernah bisa hilang.

"Sejak awal masuk SMA, Luna memang sudah banyak musuh. Dia hampir tidak ada teman, terlebih teman-teman perempuan." Brams terdiam menyimak cerita dari laki-laki di sampingnya.

"Bukannya saat itu skandalnya belum terbongkar? Kenapa udah dimusuhi."

"Mungkin mereka sirik, karna Luna cantik." Jawab Rayhan apa adanya.

Brams tertawa geli. "Oh, cantik ya Ray!" Ucapnya dengan nada jahil.

Sedikit mendengus Rayhan menyahut tidak mau kalah. "Ya benar kan, emang om ngelihat dia buruk rupa?"

"Enggak, iya emang benar dia cantik! Terus-terus gimana?" Seru Brams berusaha mengalihkan pembicaraan saat menyadari anak tirinya itu mulai tidak mood.

"Dulu aku biasa aja. Tapi setelah tahu perselingkuhan papa dan Tamara, aku jadi benci lihat Luna. Mukanya mirip banget sama pelakor itu."

"Bencinya sampai sekarang?" Tanya Brams masih dengan nada jahil.

Rayhan hanya diam, raut wajahnya terlihat malas menanggapi pertanyaan yang Brams berikan.

"Kalau kamu mengutuk keras skandal itu, om justru merasa bersyukur dengan adanya kejadian masa lalu mamamu." Sela Brams pelan, Rayhan langsung menatapnya tajam, dengan ekspresi yang kurang menyenangkan.

Brams tentu menyadari ketidaksukaan Rayhan. Dari dulu, laki-laki itu memang selalu menjaga jarak dengannya. Brams menebak, Rayhan tidak nyaman dengan kehadirannya sebagai papa tiri, yang umurnya hanya selisih beberapa tahun.

"Memang sedikit sarkas kalau diungkapkan. Tapi kenyataannya ini yang om Rasakan."

Rayhan mengernyit. "Maksud om?"

"Ya, om senang... Dengan adanya perpisahan Viani dan Galang Hadiwinara, om jadi punya jodoh sebaik mama kamu."

Rayhan menolehkan wajahnya kasar, merasa jengah pada ucapan Brams barusan. Toh, tidak sekali dua kali pria itu mengatakannya.

"Berondong nggak tahu diri!" Celetuknya. Alih-alih tersinggung, Brams justru tertawa.

"Menjadi keberuntungan tersendiri saat om bisa mengenal bahkan menikahi mama kamu. Orang sebaik dia, nggak pantas disia-siain."

Rayhan terdiam. Jujur, selama menikah dengan Galang, Rayhan tidak pernah melihat pancaran cinta dari pria itu untuk mamanya. Namun karna kelewat baik, Viani selalu menyembunyikan kesedihannya dan menerima setiap perlakuan dingin yang Galang berikan.

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang