22. Canggung

45.7K 5.7K 67
                                    

Luna membuka mata perlahan. Tidurnya malam tadi begitu nyenyak. Mungkin, efek terlalu lelah setelah seharian memetik stroberi bersama Viani.

Saat kesadarannya mulai penuh, Luna memindai seluruh sudut kamar yang sejak semalam ia tempati.

"Loh, Riri mana?" Lirihnya sembari turun dari tempat tidur.

Mengingat jumlah kamar di rumah Viani hanya ada tiga, akhirnya Luna tidur satu kamar bersama Riri.

"Astaga, udah jam sembilan." Luna menepuk jidatnya panik. Buru-buru berlari ke toilet membersihkan dirinya, lalu keluar dari kamar.

"Riri..." Panggil Luna pelan, ketika mendapati anak itu tengah duduk di kursi ruang makan seorang diri.

"Kak Luna udah bangun." Serunya. Lalu meletakkan ponsel di atas meja.

"Kok kamu nggak bangunin kak Luna?"

"Tidur kakak nyenyak banget, Riri nggak tega mau ganggu." Jawab Riri dengan raut menggemaskan.

"Mama kamu mana?"

"Udah pergi!" Luna sontak terperanjat, ketika Rayhan tiba-tiba datang, dan langsung menjawab pertanyaannya.

Raut wajah laki-laki itu tampak masam pagi ini, kedua tangannya membawa beberapa plastik entah berisi apa.

"Mama kamu pergi ke mana?" Ujar Luna lirih, tepat di samping telinga Riri.

"Kencan sama suaminya! Mana bocahnya ditinggal di rumah." Lagi-lagi Rayhan yang menjawab. Luna menatap laki-laki itu bingung. Sedangkan Riri kembali meraih ponselnya, lalu melanjutkan games di benda itu.

Betari tampak cuek, meski sang kakak terus menggerutu. "Kak Rayhan nggak boleh gitu sama mama dan papa. Mereka juga butuh waktu berdua." Sahut anak itu bijak.

Sembari berdecak mendengar jawaban sang adik, Rayhan mulai mengeluarkan beberapa bahan makanan. Luna tebak, laki-laki itu baru saja pulang belanja.

"Kamu makan sandwich dulu buat sarapan. Kak Rayhan nggak mungkin masak nasi goreng sekarang, ada meeting pagi ini." Seru Rayhan sembari mengulurkan dua bungkus sandwich ke arah Riri.

"Tapi Riri maunya nasi goreng."

"Nanti kakak bikinin, sekarang makan ini dulu buat ganjel."

"Nggak mau!" Rajuk sang adik.

Rayhan mendengus, kemudian meraih wajan kecil serta beberapa peralatan masak yang akan ia butuhkan.

Mengamati laki-laki itu menyiapkan bahan dengan tergesa-gesa, membuat Luna menghela nafas panjang. Kakinya melangkah mendekati tempat Rayhan berdiri.

"Sini biar aku yang masak, kamu kalo buru-buru meeting tinggal aja." Sela Luna dengan suara pelan. Perempuan itu juga tidak mau dianggap sok-sokan.

Rayhan menatap Luna sekilas, kemudian mengangguk. "Jangan kasih racun!" Pesannya sembari berjalan keluar dapur.

Luna berusaha mengabaikan ucapan Rayhan barusan. Perempuan itu fokus memasak agar Riri segera mendapat menu sarapannya.

"Wahh.... Harum banget aromanya kak!" Ujar Riri takjub, ketika Luna menghidangkan sepiring nasi goreng di hadapan anak itu. Bahkan Riri sampai meninggalkan gamesnya yang masih on.

"Makan dulu ya sayang! Tapi sebelum itu, bawa ini ke kamar kak Rayhan."

Riri mengerutkan dahinya. "Ngapain dibawa ke sana?"

"Kak Rayhan pasti juga belum sarapan. Kalo kakak yang bawain ke sana, pasti nggak dimakan."

Riri menggerutu. "Nggak usah dikasih, nanti kalo lapar juga beli sendiri."

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang