Viani menatap Luna dengan sendu. Perempuan itu masih terus menceritakan kehidupannya tiga tahun silam. Masa-masa berat, di mana ia membentuk dirinya lagi dari nol.
"Luna bersyukur, Tuhan masih mau memberi kesempatan kedua. Aku nggak tahu lagi tante, gimana marahnya papa kalau Luna meninggal saat itu." Tuturnya lalu mengusap sisa air mata.
Viani mengulas senyum kecil, "Bukan cuma papamu, tante pasti juga sangat marah." Serunya membuat Luna terkekeh geli.
"Maaf tante..."
"Itu masa lalu sayang, nggak perlu disesali. Yang penting jangan diulangi."
Luna langsung mengangguk setuju.
"Eh, terus.. Gimana ceritanya, malam itu kamu bisa datang ke rumah ini?" Luna mengernyit.
"Oh, malam pas acara syukuran rumah baru itu?"
"Iya!"
"Sehari sebelum acara, aku ketemu Rayhan di makam papa." Jawab Luna jujur.
"Sore itu, kebetulan Luna baru aja pulang dari Solo."
"Rayhan ke makam papa kamu? Dia ngapain?"
"Aku juga nggak tahu sih, tan. Kata dia nggak sengaja lewat." Jawaban Luna membuat Viani terdiam.
"Seingat tante, dia juga baru pulang dari Singapura hari itu. Kebetulan, dia pulang paling akhir, sedangkan Tante dan yang lain sudah pulang bulan sebelumnya."
"Aku kira juga begitu, karna saat dia nurunin koperku dari mobil, aku sempat lihat beberapa koper lain di sana."
"Loh, kalian pulang bareng."
Luna mengangguk pelan, "Dia nawarin.."
Jawaban Luna membuat Viani tersenyum penuh arti.
"Kayanya kalian memang berjodoh, deh." Ujar wanita itu seraya terkekeh.
"Tante bisa aja, enggak mungkin lah! Rayhan mana mau sama aku. Dulu, dia benci banget sama Luna, kita bahkan baru bisa berdamai beberapa hari yang lalu."
Viani memutar bola matanya jengah. "Luna, tante tahu betul bagaimana anak tante.. Dia itu pembohong yang sangat bodoh! Rayhan bisa koar-koar kalau benci banget sama kamu, tapi dia paling nggak bisa membohongi dirinya sendiri."
"Tante tahu Luar dalamnya Rayhan kaya gimana, bahkan dari tipe perempuan yang dia sukai juga tante hapal."
"Kaya gimana Tan?"
"Kaya kamu!" Jawab Viani sungguh-sungguh.
Luna berdecak kecil lalu menggeleng. "Aku rasa, tante mengada-ada."
Memahami perasaan ragu Luna, Viani hanya bisa menghela nafas, "Tante nggak bisa jabarin satu-satu gimana Rayhan sangat peduli sama kamu. Tapi yang perlu kamu tahu, demi menyelamatkan nyawamu, dia rela melawan traumanya pada jarum suntik."
"Rayhan takut sama jarum suntik?"
"Iya, dia takut banget sama jarum suntik. Terakhir disuntik kelas lima SD, dia nangis kejer bahkan sampai demam dua minggu. Setelah itu nggak pernah suntik lagi."
"Terus kemarin pas donor darah gimana?" Tanya Luna heran.
"Mungkin saking paniknya, Rayhan sampai lupa sama trauma itu. Tapi sehari setelah donor, dia masuk rumah sakit di Singapura, selama seminggu."
"Astaga.." Luna sangat terkejut dengan fakta yang Viani berikan.
"Kalau jadi merugikan diri sendiri, ngapain Rayhan donor darah sih, Tan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)
ChickLit[READY EBOOK 📱] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamkan matanya, berusaha meredam amarah atas tuduhan dari seseorang yang sejak bertahun-tahun perempuan...