"Loh, mbak mau ke mana?" Tanya Luna seraya mendekat ke arah mbak Tin, yang terlihat kerepotan membawa nampan.
"Mbak Tin, mau kirim minuman sama cemilan ke pos jaga." Jawaban mbak Tin membuat Luna mengernyit bingung.
Letak Rumahnya memang berada di paling luar, dekat dengan pos jaga komplek. Hampir setiap malam mbak Tin mengirim kopi dan cemilan ke sana.
"Biasanya yang jaga cuma satu atau dua orang mbak, itu gelasnya kenapa banyak banget?" Tanya perempuan itu heran.
"Itu non, di luar ada mas Rayhan sama pak Sunan. Mereka lagi kumpul di pos jaga." Luna mendelik.
Laki-laki itu?! Sejak acara dinner beberapa malam lalu, Luna memang tidak ada komunikasi apapun baik dengan Viani apalagi Rayhan.
Luna juga tidak tahu apa yang terjadi ketika pulang dari cafe, karna dia mendapati dirinya sudah di kamar, setelah terbangun di pagi hari.
"Rayhan ngapain sih ke sini?!"
"Kurang tahu non, mbak Tin antar ini dulu ya." Pamit wanita itu, yang hanya dijawab anggukan oleh sang majikan.
Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam, Luna menghela nafas kasar ketika mendapati mobil Rayhan masih di halaman.
Padahal menurut penuturan mbak Tin tadi, laki-laki itu sudah datang sejak pukul setengah tujuh malam. Luna tentu merasa risih sekaligus heran, apa yang Rayhan lakukan.
Berjalan cepat menuju pos jaga untuk mengusirnya, Luna dibuat berhenti melangkah saat mobil lain masuk ke halaman.
Ah iya, Luna lupa ada janji dengan Rangga. Teman Tami yang sempat mengajaknya makan malam bersama.
"Hai! Maaf ya kemalaman, tadi meeting dulu soalnya." Ujar pria itu setelah turun dari mobil.
Luna tersenyum kecil lalu mengangguk. "Nggak pa-pa, silahkan duduk. Ngomong-ngomong kita ngobrol di teras aja ya."
"Nggak masalah mau di mana aja." Sahut Rangga lalu mengisi kursi kosong yang Luna tunjuk.
"Kamu mau minum apa?"
"Apa aja deh, asal buatan kamu pasti aku minum." Pria itu terkekeh pelan.
"Kopi ya?"
"Boleh," Luna kembali masuk rumah menuju dapur, lalu keluar lagi membawa secangkir kopi dan beberapa potong kue.
"Rumah kamu besar banget, aku tadi sempat salah gang. Malah masuk ke gang sebelah."
Luna tertawa ringan, "Iya, gangnya memang sama semua."
"Oh iya, aku mau minta maaf karna kemarin batalin janji makan malam. Soalnya Tami nggak bisa ikut."
"Padahal aku bikin acara itu buat berdua aja. Jadi, kalaupun Tami nggak ikut, nggak ada masalah." Sela Rangga pelan sembari menyeruput kopinya.
"Iya sih, cuman aku sedikit ragu mau berangkat sendiri." jujur perempuan itu.
"Kenapa?"
"Ya, mungkin karna aku sama kamu belum akrab. Jadi aku malu aja sih."
Mendengar jawaban polos Luna, Rangga sontak tersenyum geli.
"Iya kamu benar, kita memang belum akrab. Meskipun begitu, aku sudah tahu kamu dari dulu."
Luna melotot, "Oh ya?"
"Iya, mungkin nggak ada orang yang nggak kenal, dengan anak tunggal Tamara Basuki." Luna menatap bingung pada Rangga, kala suara laki-laki itu berubah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)
ChickLit[READY EBOOK 📱] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamkan matanya, berusaha meredam amarah atas tuduhan dari seseorang yang sejak bertahun-tahun perempuan...