38. Luka & Obatnya

58.4K 6.4K 166
                                    

No edit! banyak Typo, udah ngantuk abis lembur wkwkw

"Aku nggak tahu harus ngomong gimana," Ujar Rayhan pelan. Jemarinya semakin erat menggenggam tangan Luna. Hingga bisa perempuan itu rasakan, telapak tangan yang kini menggenggamnya mendadak dingin.

Luna menyadari bagaimana gugupnya Rayhan saat ini. Bahkan laki-laki itu sontak menunduk, seraya menghela nafas berkali-kali.

"Tapi perlu diakui, aku terjebak permainanku sendiri, Lun."

"Aku suka sama kamu..." Lanjutnya setelah beberapa saat.

Luna kembali termenung, sambil menikmati suasana sore Bali, dari balkon kamar hotel yang ia tempati. Indahnya pemandangan laut, benar-benar memanjakan mata.

Rayhan tidak main-main memilihkan kamar hotel. Entah berapa banyak uang yang laki-laki itu keluarkan, hanya untuk menginap di kawasan elite seperti sekarang.

Meski begitu, Tidak banyak yang Luna lakukan, dirinya lebih banyak tidur sepanjang siang.

"Aku nggak berharap lebih Lun. Setelah semua yang pernah aku lakukan, memang nggak tahu diri kalau paksa kamu buat terima aku."

"Tapi jika suatu hari kamu butuh sosok itu, nggak usah capek-capek cari, Lun. Aku pasti datang paling awal."

Sepenggal kalimat terakhir, yang bisa Luna dengar dari laki-laki itu, sebelum masuk kamar masing-masing. Sedangkan perjalanan Pulang dari Restoran bersama Rayhan semalam, hanya diwarnai aksi saling diam.

Luna menghela nafas, lalu meraih ponselnya. Aplikasi whatsapp yang ia abaikan sejak malam tadi, akhirnya kembali  dibuka.

Rayhan
Besok aku seharian ada meeting.
Kamu di kamar aja, jangan ke mana-mana.

Sebenarnya, Luna sudah membaca pesan itu sebelum tidur, saat muncul di layar notifikasi. Namun dirinya sengaja tidak membalas.

Pengakuan Rayhan tentu membuat Luna bingung sekaligus takut. Ada banyak hal yang perempuan itu pikirkan, namun tidak bisa dijelaskan satu-satu.

Luna tidak tahu, apakah Rayhan benar-benar ada pekerjaan, atau hanya sekedar berusaha menghindarinya. Karna perlu diakui, dia sendiri juga enggan bertemu Rayhan dalam situasi seperti sekarang. Perempuan itu takut ditagih jawaban, sedangkan dirinya sama sekali tidak ada persiapan.

Menghabiskan coklat hangat di gelas yang sejak tadi ia genggam, Luna sontak beranjak ketika mendengar pintu kamar diketuk.

Mungkin petugas hotel. Pikirnya.

Luna mematung beberapa saat tepat di ambang pintu, kala menyadari yang datang ternyata Rayhan, bukan petugas hotel.

"Kamu udah makan?" Tanya laki-laki itu.

Meski tergagap, Luna berusaha mengatur dirinya agar terlihat senormal mungkin.

"Aku, aku belum lapar... Nanti kalau mau sesuatu, biar aku hubungi pihak hotel." Jawabnya pelan.

"Mau makan di luar?" Luna kembali terdiam, ingin sekali menolak.

"Cuma bentar kok, mumpung masih di sini. Besok pagi kan kita udah pulang ke rumah."

"Emm... Iya deh, beneran bentar aja kan?" Meski sudah setuju, Luna masih terlihat ragu.

"Iya!" Rayhan meyakinkan.

________________


"Kamu yakin kita makan di sini?" Luna menatap bingung ke arah Rayhan. Laki-laki itu membawanya ke restoran tepi pantai, dengan nuansa eksklusif.

Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang