Chapter 22 "Revan Dan Adhi Di D.O?"

810 75 1
                                    

Revan dan Adhi sampai didepan sekolah, tentu saja mereka langsung masuk kekelas masing masing.

Revan masuk ke kelasnya yang kosong itu, ia langsung duduk dikursinya.

"Aku masih heran sama bekas merah di leher ini? Masa digigit nyamuk tapi bekasnya melebar gini? Gak benjol lagi!" Ucap Revan.

"Jangan jangan digigit lalat! Emang lalat bisa gigit manusia? Suka darah?" Ucap Revan lagi.

"Asli penasaran banget, nanya ke Diana kok aku malu ya! Firasatku bilang jangan tapi pikiran iya! Gimana ya?" Ucap Revan kembali.

"Hah.. mending diem aja, dari pada buat masalah" ucap Revan kembali. "Sekarang gak ada ulangan ya?!" Ucap Revan kembali.

"Ada kok Van" ucap seseorang dari belakang. "Apa? Jangan jangan saint?" Tanya Revan menoleh kebelakang.

"Ujian praktek memasak Van. Masa kamu lupa? Kudengar kamu bisa memasak!" Ucapnya lagi.

"Lumayan juga sih.. kalau kamu Diana?" Tanya Revan. "Gak terlalu sih.. masih pemula" ucap Diana.

"Disuruh masak apa? Bahannya beli sendiri atau dapat dari sekolah?" Tanya Revan.

"Bahan sekolah yang tanggung kok! Kalau buat apa sih... aku gak tau" ucap Diana.

"Oh.. kalau gitu kamu udah bisa ngolah bahan bahannya? Kalau gak bisa biar ku ajarin" ucap Revan.

"Gak usah Van, kudengar kemarin kalian berantem sama anak buahnya John. Kalian gak papa? John bilang apa?" Tanya Diana.

"Gak papa Na.. kayaknya John pikir kamu suka sama Adhi. Terus dia bilang kalian pacaran. Beneran Na? Aku baru tahu kamu suka sama seseorang! Siapa? Anak sekolah sini bukan? Kelas berapa?" Tanya Revan bertubi tubi.

"Nanya nya satu satu kali. Eum.. aku gak pacaran sama Adhi, John cuma asal nebak aja! Emang sih aku udah suka sama seseorang dia seumurah sama aku, pintar juga. Tapi gak peka!" Ucap Diana.

"Eh? Siapa?" Tanya Revan. "Hah.. udah deh jangan bahas tentang itu lagi! Vina nelepon aku kemarin, Adhi tidur di rumah kamu? Kenapa juga dia gak pulang?" Tanya Diana.

"Iya.. katanya sih sepupunya dateng. Dia kurang suka sama sepupu nya jadi minta tidur dirumahku!" Ucap Revan.

"Jadi gitu ya.. emangnya kurang suka apanya?" Tanya Diana. "Tanya aja sama orangnya" ucap Revan.

"Iya iya.." ucap Diana kembali ke kursinya. Tak lama bel pun berbunyi, guru masuk ke kelas.

"Halo semua, untuk ujian memasak akan diadakan jam 12.00 setelah makan siang! Jadi semua nya mohon bersiap! Jika tak bisa masak bisa berkelompok! Oh ya, untuk Revan! Kamu dipanggil kepsek ke ruangannya sekarang juga!" Ucap Guru.

"Baik bu.." ucap Revan melangkah keluar dari kelas. Revan berjalan menuju ruangan kepsek yang jaraknya lumayan jauh.

Revan berpikir, mengapa ia dipanggil apakah ini ada hubungannya dengan John.

"Benar Tuan"

Suara sistem meyakinkan Revan kali ini. Mungkin saja Adhi juga ada disana. "Sial! Apa mungkin kami bakal di D.O dari sekolah!" Ucap Revan.

Sampai disana, Revan melihat Adhi yang kini sedang dimarahi oleh kepsek.

"Maaf pak.." ucap Revan masuk ke dalam ruangan. "Revan! Adhi! Kalian udah berani ya! Kalian tak punya uang jangan sok mau ngebully John" ucap Kepsek.

"Maksud anda apa? Membully? Hahaha.. pak kami tak membully siapa siapa apalagi John. Dia duluan yang mau main" ucap Revan.

"Berani kamu ya! Jangan mentang mentang kamu sudah bayar SPP kamu bisa sombong. Kau tahu sekolah ini telah menerima kerugian besar atas perbuatan kalian!" Ucap Kepsek.

"Maaf pak.. saya dan teman saya tak membully John" ucap Adhi.

"Siapa peduli! Sekarang aku akan panggil orang tua kalian! Orang tua macam apa yang mengajarkan hal brengsek ini. Kerugian nya kan aku yang tanggung" ucap Kepsek.

Mendengar orang tua Revan diejek, membuat Revan geram. Ia sakit mendengarnya.

"Berapa kerugian yang kalian terima?" Tanya Revan.

"Kamu mau apalagi! Mau bayar! Kamu tahu kerugian yang diterima oleh sekolah sebanyak 300.000.000!" Ucap Kepsek.

"Hahaha.. segitu ya, akan kubayar" ucap Revan. "Sialan kamu ini, kau hanya tau membuany harta orang tua!" Ucap Kepsek.

"ORANG TUA SAYA SUDAH MENINGGAL! Kumohon.. jangan katakan lagi. Orang tua saya bahkan tak meninggalkan sedikit harta untuk saya! ANDA MENGERTI BUKAN! Betapa sakitnya hati saya saat ini! Anda ingin men D.O saya silahkan! Saya gak peduli asalkan tidak dengan teman saya! Dia orang penting buat saya" ucap Revan meneteskan air matanya.

"Van! Udah jangan teriak teriak lagi, jangan nangis" ucap Adhi menenangkan.

Kepsek yang mendengar itu terdiam, sebetulnya ia tahu apa yang dirasakan oleh Revan. Tapi ia tak tahu harus berbuat apa, apalagi sekarang ia rugi besar.

"Sudah lah! Aku maafkan kalian! Tapi jangan berbuat masalah lagi! Kalian aku hu-" "Bukankah aku bertanya pada anda! Apa aku harus membayar kerugian sekolah?" Tanya Revan.

"Apa maksudmu? Kau ingin membayarnya? Dari mana uang yang kau pegang itu?" Tanya Kepsek meremehkan.

"Aku memegang beberapa saham, jadi aku mendapat penghasilan dari sana" ucap Revan.

"Sistem apakah kau bisa mengirimkan uang 300.000.000 pada rekening orang ini?" Batin Revan.

"Bisa Tuan"

Revan tersenyum sinis lalu berkata, "Hei.. apakah aku harus mengirinkan uang pada rekeningmu?" Tanya Revan.

Sontak membuay Kepsek terkejut tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Revan.

"Kau diam, maka akan kuanggap iya" ucap Revan. "Sistem kirimkan uangnya sekarang" batin Revan.

"Baik Tuan"

Mendengar itu, Revan mengambil hp nya lalu berpura pura sedang mengirimkan uang.

"Anda telah menerima 300.000.000! Saldo: 350.000.000"

Melihat notifikasi hpnya, membuat Kepsek terkejut bukan main. "Bagaimana? Apa uang nya sudah terkirim?" Tanya Revan.

Kepsek pun duduk lalu berkata, "Siapa kamu?" Tanya Kepsek. "Aku adalah Revan Ganesh siswa dari 12 IPA 1" ucap Revan.

"Bukan, aku tanya siapa kamu sebenarnya?" Tanya Kepsek. "Ha.. aku sudah bilang bukan! Angka segitu tak membuatku takut" ucap Revan.

"Kau ingin aku membeli sekolah milik mu ini? Aku bisa membelinya, maka kepemilikanmu akan hancur! Maka nya aku tak membeli nya karena aku masih mengakuimu" ucap Revan.

Tentu saja membuat Kepsek ketakutan setengah mati mendengar nya.

"Aku salah menghinanya! Aku salah karena menyinggungnya! Aku salah karena mengancamnya! Kalau dia sampai membeli sekolah ini, karirku hancur!" Batin Kepsek.

"Hahaha, apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau ingin aku membeli nya? Baiklah ji-" "Tidak tidak! Jangan kumohon jangan lakukan itu" ucap Kepsek.

"Ingat! Jika kau berani lagi padaku maka akan ku pastikan karirmu berakhir sekarang juga!" Ucap Revan dengan aura intimidasi.

Melihat itu membuta Kepsek dan Adhi ketakutan seengah mati. Adhi berjanji pada dirinya tak akan membuat Revan marah.

"Ingat itu! Aku tak akan mengancam mu jika kau menjadi anak baik" ucap Revan kembali.

Revan menarik Adhi keluar dari ruangan. Kepsek itu lalu langsung menghembuskan nafasnya. Ia menggigil ketakutan.

































Hai! Jadi chapter ini ku buat Revannya keren ya(menurut autor). Banyak typo dan gaje































Bye

Sistem KekayaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang