Chapter 52 "Mencoba Mengingat" Samar BxB

366 26 1
                                    

"Kakek, ayahku telah memesan barang. Aku datang untuk mengambil nya!" Ucap pemuda itu.

Kakek itu terdiam, badan nya bergetar hebat melihat sosok pemuda yang kini ada dihadapan nya.

"Orang tua! Tuan muda kami sedang bicara, jawablah!" Ucap pengawal dengan bentakan cukup keras.

Melihat itu, Revan geram dengan sikap pelayan itu. Bayangkan saja, seorang kakek dibentak dengan keras.

"Maaf, tapi bisakah kamu memperhatikan tata krama. Jangan membentak seorang kakek!" Ucap Revan.

Pengawal itu membuat wajah malas dan meremehkan Revan, "Kamu anak kecil jangan mau mengatur! Tuan muda kami sedang dalam keadaan bad mood!" Ucap pengawal itu.

Revan menghelakan nafasnya, ia menatap wajah tuan muda itu dengan seksama. Wajah yang pernah ia lihat, tapi ia tak ingat dimana.

"Tuan muda, apakah anda dapat menjaga perilaku anak buahmu itu? Bukan saya ingin memprovokasi, tapi tindakan dia dapat membahayan kakek ini! Bagaimana kalau bentakan nya membuat kakek ini sakit jantung dan meninggal, ini bukan doa!" Ucap Revan.

Mendengar penjelasan Revan, pemuda itu pun menganggukan kepalanya. Memang benar, tindakan tadi sangat berbahaya.

Melihat kalau kakek yang dimaksud sudah sangat tua, "Kamu benar, maaf atas perlakuan pengawal ku. Aku datang hanya ingin mengambil pesanan papahku" ucapnya.

Kakek itu mencoba untuk mengatur nafasnya, "Tu-tuan Muda Birawa! Tuan Muda Hary, saya akan se--" belum menyelesaikan perkataan nya, kakek itu langsung pingsan.

Melihat adegan itu, Revan langsung berlari dan menangkap kakek yang hampir jatuh itu.

"Kakek bangun!" Ucap Revan mengkhawatirkan kakek itu. Sedang kan pemuda itu tampak panik karena kakek itu pingsan.

"Pengawal, bantu kakek itu untuk beristirahat. Aku akan menunggu sampai dia bangun, dan kamu yang membentak, meminta maafkan ketika dia sadar!" Ucap pemuda itu.

"Baik!" Semuanya serempak berkata dan langsung bertindak.

Setelah tubuh kakek ditidurkan di sofa yang tersedia, para pengawal itu mengkipas dan mencoba untuk membangunkan nya.

"Apakah kamu anak dari kakek ini?" Tanya pemuda itu memulai perbincangan dengan Revan.

Revan menggelengkan kepalanya, "Bukan, aku hanya seorang pembeli" ucapnya dengan wajah datar.

"Oh, maaf karena membuatmu harus menunggu lebih lama. Aku tak menyangka kalau salah satu pengawal ku akan bersikap seperti itu. Itu bahkan memperburuk semua nya" ucap pemuda itu.

"Tidak apa apa, hari ini aku memutuskan untuk menjenguk ibu temanku. Tapi, kalau kakek itu tak bangun juga. Aku akan membatalkan nya" ucap Revan.

Pemuda itu tamoak bersalah, "Bagaimana kalau kamu pergi saja, biaya akan ku tanggung sebagai permintaan maaf" ucap pemuda itu.

Revan menggelengkan kepalanya, "Gak papa, aku bisa menunggu sambil bermain hp" ucap Revan membuka hpnya.

Revan pokus dengan hp nya, ia melihat hp miliknya dan mulai membaca whatsApp miliknya.

Sebuah percakapan mulai bermunculan dari dua kontak, pertama adalah sahabatnya, Adhi. Dan yang kedua adalah John.

"Hah, apakah mereka mengkhawatir kan ku. Bahkan sampai ke rumah untuk mengecek!" Batin Revan.

Ia pun membalas dengan satu kalimat saja, 'Aku baik baik saja, aku sedang keluar'

Dan sebuah ajakan jemputan pun datang membuat Revan hanya harus menghelakan nafasnya kembali.

Ia menjawab tidak karena sedang menunggu seorang kakek yang pingsan, mereka pun menyerah.

Tak diduga, sudah lebih dari 1 jam berlalu. Revan masih dengan hp, walaupun dalam pikiran nya ia heran karena pernah melihat pemuda yang ada dihadapan nya.

"Dimana aku pernah melihatnya? Apakah itu hanya seseorang yang mirip?" Batin Revan berkali kali.

Ia juga mulai merasakan sebuah tatapan dari pemuda itu, "Ditatap cukup mengerikan" batin nya kembali.

Pemuda itu tampak sedang memperhatikan body milik Revan, jujur saja itu cukup mesum bukan!

"Body yang sangat bagus, sepertinya aku pernah melihatnya!" Batin pemuda itu.

Pemuda itu menatap Revan yang memakai masker dan kacamata, "Aneh juga, apakah dia minus?" Batin pemuda itu.

Dengan memberanikan diri, pemuda itu pun bertanya kepada Revan. "Hey, apakah kita pernah saling bertemu?" Tanya pemuda itu.

Revan menatap pemuda itu, "Aku merasa kita pernah bertemu" ucap Revan dengan tatapan ingin tahu juga.

Sungguh tindakan yang hebat, biasa nya kalau seorang yang belum dikenal berbicara seperti itu. Seharusnya kita harus semakin waspada.

Tapi Revan dengan mudah menjawab pertanyaan itu, apakah dia tidak takut?

Ya, bahkan autor pun heran dengan hal itu.

Back To Story

Revan memperhatikan pemuda itu dengan seksama, begitu pula dengan pemuda itu.

Tatapan Revan membuat pemuda itu memerah, "Tatapan itu sepertinya aku pernah melihatnya" ucapnya.

Revan dan pemuda itu mencoba mengingat dengan keras, karena kedua nya penasaran dimana mereka pernah bertemu.

Atau mungkin hanya mirip?

Revan menatap pemuda itu, mata nya membulat saat mengingat dimana pertemuan mereka.

"Mung--"

"Apa jangan jangan, kamu yang salah masuk ruangan saat di restoran minum teh itu!" Revan mengingat nya dan membuat pemuda itu juga mengingatnya.

"Dia!!" Batin pemuda itu dengan terkejut bukan main.

*

*

*

*

*

Siapa pemuda itu?

Kenapa dia terkejut saat mengetahui itu?

*

*

*

Oke, gimana nih?

Hary yang gak ditunjukin akhirnya muncul ke permukaan.

Seme baru nih, seneng gak?

Typo bertebaran, bye

Sistem KekayaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang