Hikmah

200 29 11
                                    

Hijuro duduk memojok di teras samping rumah sambil memeluk kedua kakinya. Telinganya daritadi masih turun. Dia tidak mau makan malam karena seleranya hilang. Hal itu juga karena rasa penyesalan yang masih ada dalam dirinya.

Melihat reaksimu yang panik tadi jadi membuat dirinya semakin menutup diri, karena dia juga sudah membuatmu kecewa. Sekarang dia lah yang merasa putus asa, membuat ayahnya sangat marah dan membuat adiknya hampir mati.

Apalagi melihat reaksi Kirei tadi yang histeris melihat kondisi kakaknya yang satu itu.

Mungkin lebih baik, dia tidur diluar saja hingga liburan disini selesai. Dia tidak ingin menunjukkan diri karena takut hal tadi terulang.

Hojuro sekarang sedang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan medis agar lukanya tidak terinfeksi. Luka cakaran yang agak dalam itu terdapat di betisnya.

Pergelangan kakinya terkilir dan harus dicoba untuk diluruskan, sepertinya anak itu belum bisa berjalan dengan baik dalam waktu beberapa minggu, dan hanya bisa berjalan dengan bantuan tongkat kruk.

Mengingat insiden tadi jadi membuat si sulung sekarang mulai menjitak kepalanya sendiri dan menggeram. Sekarang dia lah yang membenci dirinya.

Dia merasa ingin mengigit lengannya dengan taring kecilnya itu. Tetapi tepat ketika dia baru mau menggigitnya, sebuah tepukan pelan membuatnya terkejut.

"Hijuro, apa yang kamu lakukan?" Tanyamu dengan ekspresi khawatir

Ternyata sudah pulang...

"Pergilah bu, aku ini monster!" Hijuro menoleh ke arah lain dan duduk membelakangimu

Kamu tidak merasa sangat kecewa pada anakmu yang satu ini, karena kamu tahu niatnya baik walaupun salah. Ini jadi mengingatkanmu ketika Kyojuro berusaha untuk melindungimu dari Akaza setelah tahu kamu berdarah marechi tapi dengan cara yang salah.

Kamu mulai mendekatkan diri lagi ke anak itu, membujuknya untuk makan malam karena dia belum makan makanan berat. Tapi anak itu hanya menepis pelan tanganmu dan semakin duduk menjauh.

"Ibu tahu kamu merasa bersalah dan ibu menghargai itu, tapi tolong jangan berlebihan nak... Hojuro juga mengkhawatirkanmu setelah kamu dimarahi oleh ayah tadi" Kamu menghela napas

"Aku tidak berhak dikhawatirkan karena sudah membuatnya hampir mati, ayah juga sudah membenciku karena dilihat dari matanya tadi... " Hijuro agak terisak, masih tidak mau menoleh padamu

Anak ini benar-benar sangat disayangkan sekarang, keputusasaannya jauh lebih buruk dari Hojuro. Ini akan menjadi tugasmu lagi untuk menghilangkan sifat negatifnya yang ini.

Kamu juga tidak tega melihatnya seperti ini, karena hatimu juga agak sakit. Anak-anak kalian berdua berhak mendapatkan kebahagiaan.

"Meskipun ayahmu sangat marah padamu tadi, bukan berarti beliau membencimu nak... " Kamu mencoba mendekatinya lagi

"Lalu kenapa ayah tadi tidak mau menatapku dan malah membuang muka!?" Hijuro sekarang dengan air mata mengalir sedikit

Kamu mulai menghela napas lagi dan langsung memeluk si sulung itu. Disitulah Hijuro mulai mengeluarkan perasaannya. Tanganmu juga mulai mengelus kepalanya.

"Ayahmu... Syok karena ketakutan, beliau hampir saja kehilangan salah satu darah dagingnya, meskipun kamu darah dagingnya juga"

"Ayah membenciku bu... "

Kamu melepaskan pelukan itu dan memegang kedua pundaknya. Menatap serius mata merah terang yang masih basah dengan air mata yang masih mengalir itu.

The Twin Destiny (Kitsune Rengoku Kyojuro X FemReader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang