Kimono serba hitam dan lantunan doa Shinsoku mewarnai ruangan dalam kuil itu. Masing-masing orang terdekat/penting bergantian untuk membungkuk hormat didepan foto yang sudah dipenuhi bunga disekelilingnya.
Suasana di ruangan itu tentu mengandung kesedihan. Bagaimana tidak? Organisasi pemburu iblis beserta keluarga baru saja kehilangan mantan anggota pentingnya.
Rengoku Shinjuro sekarang telah terbebas dari penyakitnya, juga bersatu dengan wanita yang dicintainya. Ternyata musim semi bukan hanya mengandung kebahagiaan didalamnya, terdapat juga kesedihan.
Ryuji langsung segera kemari bersama pengawalan yang diutus oleh Kiriya-sama. Pria paruh baya, tidak, pria tua itu juga merasa syok dengan kabar ini. Itu terjadi keesokan harinya.
Banyak yang merasa kehilangan, terutama kedua putranya. Semenjak kemarin Kyojuro terus murung dan terlihat putus asa. Berbeda dengan Senjuro yang masih bisa tersenyum sedikit untuk menyambut dan berterima kasih pada tamu/pelayat yang sudah datang.
Rekan-rekan Hashira dan ketiga mantan tsuguko sempat membantumu agar dia tidak terlalu tenggelam kedalam kesedihannya. Kemurungan pria itu seperti tanpa ekspresi, dia juga tidak menangis. Hanya diam dengan ekspresinya.
Bahkan Kiriya-sama dan Amane sudah mencoba untuk menasihatinya, tapi itu tidak berhasil juga.
"Mungkin dia butuh waktu, wajar juga karena baru kehilangan satu-satunya orang tua yang tersisa baginya" Bisik Ryuji
Kamu hanya mengangguk, sejujurnya kamu juga ingin berdiam diri tapi kali ini kamu lah yang harus mengalah. Kirei sudah daritadi belum berhenti menangis di pelukanmu.
Sesuai dengan salah satu wasiat yang ditinggalkan sejak ditinggal Ruka, Shinjuro ingin makamnya tepat berada disebelah makam mendiang wanita itu.
Hujan mulai turun setelah para pelayat memberi bunga masing-masing didepan makam itu. Untung saja kamu membawa payung karena sudah memiliki firasat.
Sekarang hanya kalian berdua yang berada di depan makam dengan bertulis "Rengoku Shinjuro". Anak-anak sudah pulang duluan bersama Senjuro dan Kiyo.
"Kyo, ayo kita pulang... " Kamu memegang pundak pria yang masih diam itu sambil berusaha memayungkannya agar tidak basah
Sejak daritadi dia belum berbicara satu kata pun, hanya mengangguk sebagai respon, dan doa yang keluar dari mulutnya ketika Shinsoku tadi memintanya ikut berdoa.
Si kembar tidak jauh beda dari ayahnya, tetapi bedanya mereka berdua juga seperti Senjuro. Masalah ini jadi tantangan untukmu untuk mengingatkan mereka kalau kematian itu harus direlakan.
"Sudah.. Jangan sedih nak, kakekmu justru sudah bahagia sekarang.. " Kamu memberi semangkuk nasi untuk makan malam anak-anak dengan senyum kecil, sekalian menyembunyikan kesedihanmu
"Kakek.. Sudah ketemu nenek?" Tanya Kirei dengan pelan dan menatapmu, masih dengan ekspresi sedihnya
Kamu hanya mengangguk, memaksa senyumanmu agar semakin lebar lagi. Si kembar nampak langsung mengerti maksud dari katamu. Mereka berdua mulai makan seperti biasa. Tidak lupa mengucapkan "umai" walaupun bukan dengan nada yang ceria.
"Umai!"
Anak-anak langsung menoleh padamu yang barusan mengatakan kata itu dengan ceria. Kamu hanya terkekeh dengan ramah.
Harapannya mereka akan bersemangat lagi dan melupakan kesedihan tadi. Tidak mungkin kan Shinjuro akan menyukai suasana yang mengandung kesedihan?
Setidaknya mereka meresponmu dengan tawa kecil dan mulai tersenyum lagi. Mereka lanjut makan tanpa ekspresi sebelumnya. Si kembar juga tidak boleh terus tenggelam dalam kesedihan karena besok adalah hari pertama ujian kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Destiny (Kitsune Rengoku Kyojuro X FemReader)
Fanfiction#Book ke-3 author. Story ini merupakan season 3/final dari story "Agreement" Summary: Oyakata-sama sempat memberitahu Kyojuro dan (y/n) soal firasatnya mengenai "akan ada perbedaan diantara Hijuro dan Hojuro". Apakah ini akan mengarah ke sesuatu yan...