Terbebani

140 22 24
                                    

Kabar mengenai kondisi Kyojuro langsung menyebar dengan cepat. Tetapi yang lain belum boleh menjenguk karena yang bersangkutan belum sadarkan diri. Tanjiro dan Mitsuri yang paling khawatir.

Pria itu akan dirawat sementara hingga kondisinya sudah membaik. Saat ini Shinobu dan Senjuro sedang meneliti darah Kyojuro untuk mencari solusi pengobatannya, karena ini adalah kasus baru.

Tanganmu masih setia memegang tangannya yang lemas, masih dengan ekspresi sedih. Kamu tidak ingin kehilangannya lagi seperti di waktu fajar dulu. Cukup pada saat itulah kamu hampir kehilangannya.

Sesekali kamu meninggalkannya bersama anak-anak untuk berdoa di depan Kamidana, sekalian melapor pada mertuamu.

Hojuro duduk dekat jendela untuk melihat pemandangan sekaligus memeditasikan diri. Dia bisa melihat Hijuro yang sedang duduk berdua bersama Tsunae. Kakak kembarnya itu terlihat down juga, tapi tidak seperti dirinya maupun ibu dan adiknya.

Sebenarnya apa yang berada di dalam kepala si sulung sekarang? Hojuro agak curiga juga, dia tidak menyangka kakak kembarnya bisa menyembunyikan masalah itu selama ini.

Hijuro mulai memijit batang hidungnya. Dia masih banyak pikiran dari masalah hidupnya sekarang. Kegiatan yang dilakukannya selama ini justru membuat dia tambah bersemangat. Dia merasa bosan dengan tugasnya.

"Tapi Hijuro-san, kurasa sekarang lebih utama mendengarkan orang tuamu daripada mengikuti sisi egoismu itu" Tsunae memegang pundaknya dengan ekspresi agak sedih

"Sisi egoisku? Ini bukan sisi tersebut Tsunae. Passionku memang di bidang itu, dan orang tuaku tidak mau mengakuinya... Ini sama aja seperti pemaksaan atas dasar keinginan mereka berdua. Ini juga jadi terasa bukan diriku!" Ucap Hijuro dengan suara yang tidak terlalu besar

Tsunae hanya diam, belum tahu harus merespon apa. Perkataannya hampir benar, namun salah juga. Padahal sahabat disebelahnya sudah berjuang mati-matian selama ini demi lulus ujian akhir. Juga, darimana dia mendapatkan pemikiran seperti itu??

Sekarang, dia ingin membuangnya begitu saja dengan alasan passion di bidang tersebut. Gadis itu tidak ingin ikut campur hingga sejauh itu, jadi dia hanya mengangguk. Kalau dia bicara lagi, takutnya masalah ini semakin buruk.

"Coba bayangkan bagaimana rasanya dituntut menjadi apa yang diinginkan oleh orang tua kita Tsunae?" Tanya Hijuro serius

"Tapi Hijuro-san, kamu adalah anak sulung, yang paling bertanggung jawab untuk mempertahankan tradisi keluarga. Pemikiranmu ini terlihat... Berbahaya"

"Hah... Tsunae... Andai saja kamu berpikiran terbuka sepertiku" Hijuro menyandarkan dagu dengan telapak tangannya di pinggir bangku, tidak menatap gadis itu lagi

"Maksudmu apa!? Kau pikir aku bodoh!? Orang tuamu tidak menuntutmu menjadi apa yang mereka berdua inginkan lho! Bedakan antara penuntutan dengan tradisi keluarga, ini sudah menyangkut leluhurmu juga... " Tsunae beranjak untuk meninggalkan remaja itu karena sudah emosi dan nyaris mengeluarkan air mata

Hijuro mencoba menyusulnya tapi terhentikan. Dia menepuk kepalanya dan mengucap sial karena melakukan kesalahan lagi. Ada apa dengan dirinya ini sebenarnya?

Si sulung itu merasa seperti perlahan dijauhkan oleh orang terdekatnya karena passionnya. Dia merasa hidup ini tidak adil baginya. Melatih Jurus Kesembilan selama ini juga bagaikan beban dan sia-sia baginya karena tidak bisa.

Sedangkan memecahkan masalah dari penelitian yang terbilang sulit dapat dilakukannya dengan mudah. Remaja itu tidak bisa menjalankan tugasnya karena dia sudah tidak bersemangat lagi.

"Kenapa hidupku seperti ini? Kenapa aku tidak boleh mengikuti passionku? Padahal api dalam hatiku hanya membara di bidang tersebut, kenapa!?" Hijuro menendang batu, dia merasa sangat putus asa

The Twin Destiny (Kitsune Rengoku Kyojuro X FemReader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang