Suasana mendadak sunyi terlebih dahulu sebelum Daimyo memulai pertarungan itu. Duel maut antara calon Hashira dan oni yang terbilang kuat akan menjadi saksi sejarah korps pemburu iblis. Sekarang akan terbentuk sejarah baru, dimana calon Hashira itu bukan kitsune melainkan manusia.
Kedua tangan Hojuro bergemetar bukan karena oni itu, tetapi pikiran buruknya mulai timbul lagi. Mengenai, apakah dia layak atau tidak?
Oni yang tepat didepannya terlihat saling mengasah cakar satu sama lain agar semakin tajam. Dengan senyuman licik mengerikannya, makhluk itu terlihat ingin sekali menghabisi remaja itu.
Fokus Hojuro... Fokuss! Ingat semua yang telah ayah ajarkan padamu!
Remaja itu mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Nichirinnya mulai dikeluarkan karena sudah mulai masuk ke aba-aba. Seorang juri terlihat mengunci pagar kayu itu. Ini jadi terlihat seperti kandang kubah agar salah satu dari petarung tidak ada yang kabur.
Begitu selesai, seorang juri tadi langsung memberi tanda sudah bisa dimulai berupa mengangkat kedua tangannya.
"Dengan pemukul gong ini, maka saya anggap pertarungan ini dimulai... " Daimyo menghadap ke arah gong di sebelahnya, suasana ini jadi membuat semua penonton merasa tegang
Hojuro mulai mengambil posisi untuk bersiap menyerang nanti. Semua latihan yang diajarkan ayahnya akan ditunjukkan. Dia akan meyakinkan diri, untuk menang, dan untuk membuat kedua orang tuanya bangga beserta orang-orang terdekat lainnya.
"Mulai!" Suara gong langsung terdengar setelah kata itu terdengar
Oni itu yang langsung bergerak duluan. Dia dapat hilang dalam sekejap karena kecepatannya. Bagi penduduk itu mengejutkan, tapi tidak untuk Hojuro.
Makhluk itu menyerangnya dari belakang tapi berhasil ditahan oleh nichirin remaja itu. Dorongannya terasa kuat sehingga dia agak terdorong kebelakang dan nyaris terjatuh.
"Uwah~ aku tidak yakin manusia itu bisa mengalahkannya, benar kan Musan-sama~?"
"Douma, diamlah dulu dan amati saja, kita tidak bisa meremehkan musuh. Muzan-sama juga daritadi diam mengamati"
"Ha'i ha'i Kokushibo-dono, aah~ sayang sekali Akaza-dono sudah tiada, padahal aku merindukannya~ " Douma mengusap air mata palsunya
Muzan hanya diam tidak menanggapi, dia mengamati duel itu dengan teliti. Kalau dilihat-lihat, mereka berdua hampir setara. Itu yang membuatnya mulai merasa tertarik pada Hojuro. Jika duel ini bukan secara resmi, bisa-bisa raja oni itu sudah menjadikan remaja itu sebagai anak buah.
"Sialan kau manusia! Kau baru saja mematahkan satu cakar kesayanganku!" Tsume menggeram dan menatap tajam remaja itu
"Sudah kubilang, jangan meremehkanku" Hojuro tersenyum kecil
"Ayo Hoju-nii! Kalahkan dia!" Kirei menyoraki dengan heboh
Sejak dari tadi kamu terus menggenggam kedua tangan sendiri. Kedua tanganmu agak bergemetar sedikit. Besar sekali harapanmu melihat Hojuro meraih kemenangan.
Suasananya mulai tegang lagi karena remaja itu hampir lengah, tapi tetap, dia terluka di lengan kanan sehingga darah mulai keluar. Hojuro tidak peduli karena merasa ini masih ringan. Memang menyebalkan melihat oni tersebut langsung meregenerasikan lukanya.
Sesekali kamu melirik Kyojuro yang daritadi diam. Pria itu juga terlihat tegang dengan sedikit keringat di pelipisnya. Sefokus itu kah dirinya? Mungkin memang wajar karena dialah selama ini yang mengajari remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Destiny (Kitsune Rengoku Kyojuro X FemReader)
Fanfiction#Book ke-3 author. Story ini merupakan season 3/final dari story "Agreement" Summary: Oyakata-sama sempat memberitahu Kyojuro dan (y/n) soal firasatnya mengenai "akan ada perbedaan diantara Hijuro dan Hojuro". Apakah ini akan mengarah ke sesuatu yan...