Hujan

370 45 62
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Jeje memanyunkan bibirnya dengan wajah cemberut, ia sudah lelah berjalan dengan menenteng helm dan menggendong tas sekolahnya, mereka berjalan dengan harapan akan menemukan tempat tambal ban secepatnya. Jeje sedari tadi tak henti-hentinya berceloteh dan memarahi Fajri yang membuatnya harus berjalan malam seperti saat ini.

"Gak elite banget anjir," ujar Jeje sambil menyapu peluh keringat yang membasahi pelipisnya.

"Lo tuh tahunya bikin susah, bikin kesel dan bikin emosi tahu gak?" Ketus jeje yang masih tidak lelah mengatai Fajri dengan kalimat-kalimat protesnya.

"Seandainya gue gak nganterin lo pulang, gua pasti gak bakalan dorong motor kayak gini." Balas Fajri yang tak terima sedari tadi terus mendapat celotehan tak mengenakkan dari Jeje.

"Gue juga ga nyuruh lo buat nganterin gue pulang, sialan." Balas Jeje tak terima.
Akhirnya Fajri hanya diam tak berniat lagi membalas ucapan Jeje, selain dia malas untuk terus berdebat ia juga lelah jika harus mendorong motor sembari marah-marah.

Langit malam yang gelap membuat mereka tak sadar bahwa sebenarnya sedari sore langit sudah mendung, tidak munculnya petir dan kilat membuat mereka tak tahu bahwa hujan akan segera turun.

Kedua remaja itu terkejut saat rintikan hujan perlahan jatuh ke tanah, Jeje langsung berlari menuju Halte yang tidak berpenghuni. Fajri mendorong motornya lebih cepat dan memarkirkan kuda besinya itu di pinggir trotoar, pria itu ikut berlari menuju Jeje yang sedang berteduh sembari menyapu pakaiannya yang terkena rintikan hujan.

"Sial banget idup gue..." Keluh Jeje sambil memandang rintikan hujan yang berjatuhan semakin banyak hingga menciptakan suara yang cukup menulikan pendengaran.

Fajri menatap Jeje yang terlihat bersedih kemudian mengalihkan pandangannya ke arah motornya yang sudah benar-benar basah.

"Untung ga ada petir.." gumam Fajri sangat besar pelan, pria itu kemudian menatap seorang pengendara motor yang ikut berhenti di depan mereka, kedua manusia yang sepertinya berbeda jenis kelamin itu ikut berteduh di Halte.

Begitu juga dengan Jeje, gadis itu ikut menatap dua sejoli itu dengan tatapan teramat serius. Ia menghela nafas kesal saat mengetahui bahwa salah satu dari kedua orang itu adalah orang yang ia kenal. Menurutnya ia sudah mengalami kesialan yang berkali-kali lipat hari ini.

"Sayang...rambut aku jadi basah..." nada suara yang terdengar manja itu membuat Jeje ingin memukul gadis yang terlihat ceper ke arah pria yang jelas-jelas Jeje sangat kenal.

"Namanya juga kena hujan." Ketus Jeje lalu sedikit menjauh dari sepasang kekasih itu, ia lebih memilih mendekati Fajri yang notabenenya adalah musuhnya itu daripada mendengarkan dengan sangat jelas interaksi dua manusia itu.

"Kenapa lo?" Fajri yang sadar akan perubahan Jeje memutuskan untuk bertanya, ia memandang Jeje yang terlihat memandang sinis dua orang yang juga ikut berteduh dengan mereka.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang