Gudang

914 98 7
                                    

Happy reading

Riyuna menutup telinganya dengan bantal bersarung biru-nya, suara alarm nya begitu kuat dan terus berputar berkali-kali membuat Riyuna kesal. Telah beberapa kali ia mematikan benda itu agar tidak bersuara, namun benda itu kembali bersuara karena memang Riyuna yang menyetel-nya.

Call me baby bab call me baby
Call me baby bab call me baby

Riyuna meraih ponselnya karena ingin tahu jam berapa sekarang. Dengan mata yang ada sebelah terbuka dan sebelah tertutup Riyuna melirik jam dan...

Jeedarr~

"Hiya... Jan 06:58"

Teriak-nya histeris, gadis itu langsung berdiri dan melompat turun dari kasurnya. Memasuki kamar mandi tetapi lupa membawa handuknya, Riyuna kembali keluar dan meraih handuk nya. Lalu berlari memasuki kamar mandi dengan terbirit-birit.

Alhasil, Riyuna hanya membasuh wajah, tangan, kaki dan menyikat giginya. Riyuna berlari menuju lemari dan mengeluarkan baju putih dan rok biru ke abu-abunya dengan terburu-buru.

Dengan matanya yang masih rada ngelag  Riyuna memakai seragamnya dengan cepat. Agar tubuhnya tidak terlalu bau nantinya, Riyuna meraih minyak telon nya dan mengoleskannya oada leher juga perutnya dengan cara membuka salah satu kancing bajunya. Karena tangannya masih bersisa kan minyak telon, Riyuna tanpa sadar mengelap tangannya ke baju putih nya.

Saat hendak bersisir,  Riyuna merasakan ada yang aneh dengan bajunya. Seperti terlihat kebesaran dan...refleks Riyuna menoleh ke bajunya dan ia baru sadar ia salah menggunakan baju. Baju yang ia gunakan adalah baju pria yang membentak Tere kemarin.

Riyuna menepuk dahinya kerena terlalu ceroboh, sudah tahu terlambat kenapa dia malah salah menggunakan baju. Ah.......sial!

∆∆∆∆∆

"PAKKKKKK" teriak Riyuna dengan kencang saat Pak Rendra, a.k.a satpam sekolah ingin  mengunci gerbang sekolah.

Pak Rendra mentap Riyuna dengan tatapan heran. Pria itu tak pernah melihat wajah siswi yang satu ini datang terlambat, dia juga tak familiar dengan wajah itu.

"Pak, jangan kunci dulu pak saya mau masuk" ujar Riyuna dengan nada tersengal-sengal
"Kamu ini sudah terlambat 5 menit,  tunggu disitu sampai acara doa pagi selesai" ujar pak Rendra sambil terus mengunci gerbang.

"Tapi pak, saya baru pertama kali ini terlambat. Masa ga ada dispensasi sih?" gerutu Riyuna sambil memohon.

"Tidak ada, terlambat ya terlambat aja"
"Pak" mohon Riyuna sambil menyatukan tangannya di depan dada. Pak Rendra tampak menghela nafasnya.
"Nama kamu siapa?"
"Riyuna Pak" jawab Riyuna semangat, berharap bahwa dia akan diijinkan masuk oleh Pak Rendra.

"Riyuna, punya buku merah kan?" Riyuna mengangguk. Buku merah adalah buku yang isinya semua peraturan yang ada di BM 2, dan setiap siswa pasti mendapatkan buku itu saat MPLS.

"Bapak yakin kamu gak pernah baca buku itu, makanya kamu minta dispensasi, padahal di buku itu tertulis jelas bahwa siswa yang terlambat akan di perbolehkan masuk setelah doa pagi selesai dan siswa harus menuju ruang BK" Riyuna menghela nafasnya, memang benar adanya bahwa Riyuna tak pernah membaca buku merah itu, tidak penting sekali.

"Yaudah pak sa–" ucapan Riyuna terpotong karena suara mesin motor yang begitu Racing membuat Riyuna menatap heran si pengendara motor itu. Motor hitam dengan stiker yang tak Riyuna mengerti, helm full face membuat wajah pemilik motor itu tak bisa dikenali.

Tin...tin...tin~

Riyuna melihat ke arah celana pengendara itu, dan saat itu Riyuna tahu itu adalah siswa sekolahnya. Dapat dipastikan pria itu juga terlambat.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang