Pindah

1.4K 130 2
                                    

Happy reading

Sebuah ruangan salah satu rumah sakit sedang diisi oleh tiga orang, satu pasien dan dua orang lagi adalah penjenguk.

"Sepertinya Ardo dipindahkan saja ke rumah sakit ayah kamu Gro, om lebih yakin kalau Ardo dirwat disana" Ujar Tomy,ayah Ardo.

"Kalau menurut om itu lebih baik, silahkan saja Om" ujar Agro sambil mengangguk.

"Baiklah, om akan menemui dokter dan mengurus kepindahan Ardo" Tomy berdiri dan melangkah keuar dari ruangan Ardo.

........

Riyuna melangkahkan kakinya menuju simpang komplek agar bisa menaiki angkot. Pamannya telah menyarankan agar Riyuna naik ojek online saja, tetapi Riyuna menolak dengan alasan ingin mengirit.

Riyuna melambaikan tangannya saat sebuah angkot berwarna merah yang melewati sekolahnya akan melintas. Angkot itu segera berhenti dan Riyuna menaikinya.

Sesampainya di sekolah, Riyuna langsung mendaratkan bokongnya di kursinya, dia mengeluarkan sebuah Novel yang hampir selesai ia baca.

Karena terlalu asyik dengan Novel, Riyuna tak sadar kalau bangku sebelah ya telah terisi.

"Serius amat"
"Astaga" pekik Riyuna saat mendengar suara yang begitu dekat dengan telinganya.

"Ish Jeje" ujar Riyuna lalu memukul lengan Jeje pelan.
"Lagian serius amat dah" Jeje, gadis itu mengangak tasnya dan mengeluarkan sebuah buku.
"Lagi seru nih alurnya" ujar Riyuna lalu kembali membaca.

"Oya, kalau gitu minjem PR math dong" Jeje menyengir membuat Riyuna memutar bola matanya malas.

"Ambil aja di tas kok" lanjut Riyuna.

"Lah, ini masih 3 na, 2 lagi mana?" Tanya Jeje yang tak menemukan 2 nomor lagi.
"Aku gatau cara nya, jadinya gak aku kerjain deh" ujar Riyuna, dia lalu menutup Novelnya setalh sebelumya memberikan sebuah tanda agar dia tak kesulitan saat akan melanjutkan membacanya nanti.

"Kalau mau minta pu ya Tere aja, maybe dia udah selesai" ujar Riyuna.
"Lo aja deh, biar gue gak buang-buang waktu untuk nyalin" jawab Jeje membuat riyna mendesah.

"Tere" panggil Riyuna yang tak mendapat respon dari sang empu nama.
"Samperin kali na, ya kali dia denger ujung ke ujung"

"Yayaya" Riyuna memutar bola matanya malas lalu berjalan ke arah meja Tere yang ada di depan meja guru, sedangkan meja Riyuna dan Jeje ada di dekat pintu pada baris ke 4.

"Tere, minjem PR math yang nomor 3 sama 5?" Riyuna mendaratnkan tangan kanannya di meja Tere.
"Kalian tuh kebiasaan ya" ketus Tere tapi tetap mengeluarkan buku tugasnya ya g sudah ia letakkan di dalam laci.

"Heheh, kan kita ga paham ter, jadi gak dikerjain deh" ujar Riyuna seraya nyengir kuda.
"Yayaya, gue tau kok. Pasti si Jeje nyalon punya elo kan?" Tebak Tere yang langsung kena sasaran.

Memang diantara mereka bertiga, Terelah yang paling pintar, sedangkan Riyuna berada di posisi kedua dan Jeje di posisi akhir, maklum Jeje orangnya rada bar-bar gitu.

.......

"Semuanya keluarkan kertas selembar kita adkan quis" ujar Pak Derto yang membuat seisi kelas mendengus kesal.
"Bapak kebiasaan deh" itu suara Jeje.
"Kalau tak mau ada quis ya sudah tak masalah, kita lanjutkan saja tapi nilai kalian akan bapak kosongkan" jawab Pak Derto membuat seisi kelas memutar bola matanya malas.

"Ya deh pak, kita quis. Semerdeka bapak aja" lanjut Abram si cowok tengil berkulit hitam.
"Ok, silahkan kumpulkan semua buku kedalam tas masing-masing dan antarkan tasnya ke depan kelas"

Selang beberaoat menit kemudian seisi kelas kembali ke posisi masing-masing dan mendengarkan Pak Derto yang sedang membacakan soal quis Matematika.

"Silahkan kerjakan tanpa menoleh ke kiri kanan atas bawah " ujar Pak Derto.
"Lah kalau gak noleh ke bawah gimana cara ngerjainnya Pak?" Tanya Mario sambil menatap pak Derto kesal.

"Bersikaplah dewasa Mario" ketus Pak derto.

Asique, guru selalu benar. Upsssss.

....

Taukan kalau udah selesai quis, pasti para murid terkususnya siswi pada ngumpul buat ngegosip, iya ngegosip soal quis yang sebelumya dikerjakan.

"Tadi quisnya gampang tau" ujar Tere ya g tak suka dengan pe urutan Jeje soal quis pak Derto yang katanya susah.
"Ya elo mah pintar kali ter" Jeje memutar bola matanya malasa.
"Siapa suru lo bodoh" balas Tere menyindir.
"Wah mintak disleding ni si mbaknya" ujar Jeje sambil memberikan gerakan seperti mengangkat lengan bajunya.

"Udah ah, kalian malah ribut" Riyuna berdiri dari duduknya.
"Kalian milih kantin atau perpus?" Tanyanya kemudian.

"Toilet dulu aja, udah dijung soalnya" jawab Jeje yang langsung mendapat toyoran dari Tere.

"Dih sakit bambank" Jeje balas menoyor Tere.
"Sorry sengaja, yaudah yuk" ujar Tere langsung menggandeng lengan Riyuna.
"Dasar temen lucknut" ujar Jeje lalu mengekor dari belakang.

"Eh eh, liat deh si Deno" tunjuk Tere ke salah satu cowok yang ada di lapangan basket.
"Kenapa?" Tany Riyuna polos.
"Ishh, dia keren banget ya kalau main basket" ujar Tere sambil tersenyum-senyum.
"Ganteng apaan, gantengan juga Fajar" tunjuk Jeje ke arah Fajaruddin.

"Dih, siapa yang bilang ganteng, gue bilang kalau Deno itu keren" jawab Tere gak mau kalah.
"Iya itu maksudnya, kerena juga Fajar"

Dan perdebatan terus berlanjut hingga sampai di depan pintu toilet.

"Cukup!"
"Kedua nya keren kok, karena penilain setiap orang itu beda-beda. Kalau Jeje milih Fajar itu artinya di mata Jeje fajar itu keren begitu juga dengan Tere. Tapi Dimata aku keduanya gak keren" ujar Riyu langsung masuk ke salah satu bilik toilet.

Sedangkan Tere dan Jeje hanya menganga mendengar penuturan Riyuna.

......

"Bagiaman keadaan Ardo dok?" Tanya Agro saat seorang dokter keluar dari kamar tempat Ardo dirawat.
"Keadaannya masih sama, kami masih tidak dapat memprediksi kapan pasien akan sadar dari komanya" jelas dokter itu membuat Agro mengangguk paham dan lesu.

"Baik dok, terimakasih" jawab Agro.
"Kalau begitu saya permisi dulu"

Agro masuk kedalam ruangan Ardo dan mendapati Ardo yang masih terbaring lemah.

"Sial, lo bodoh banget sih do. Ngapain lo ngejar cewek brengsek itu" umpat Agro yang hanya mendapatkan respon kesunyian.

"Gue aturannya gak ngasitahu lo soal Cewek itu" ujar Agro frustasi. Dia merasa bersalah atas musibah yang menimpa sahabatnya itu. Seandainya saja dia tak memberi tahu kabar soal dia kepada Ardo, mungkin saja sahabatnya itu masih dalam keadaan aman dan sehat sampai saat ini.

"Gue harus ngasih pelajaran sama tuh cewek" agro keluar dari ruangan itu lalu melangkah dengan sangat cepat menuju parkiran.

Sedangkan di tempat lain, seorang gadis berseragam SMA sedang melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.

Dia membuat kenop pintu dan....
Rua gan itu kosong, pasien yang kemarin dia tolong tak ada lagi di ruangan itu membuat dia menjadi bingung.

"Sus, pasien yang ada di ruangan ini kemana ya?" Tanya gadis yang tak lain adalah Riyuna kepada suster yang kebetulan sekali sedang melintas.

"Oh, pasien di kamar itu udah pindah mbak, Pindah rumah sakit" ujar Suster itu menjelaskan.
"Yah" Riyuna menatap nanar paperbag ya g dia genggam.

"Kalau boleh tahu ke rumah sakit mana ya sus?"
"Maaf mbak, keluarga pasien melarang pihak rumah sakit memberikan informasi seperti ini kepada orang lain" jawab susuter itu membuat Riyuna semakin lemas.

"Makasih ya sus" ujar Riyuna lalu suster itu pamit undur diri.


Haloooooo
Jangan lupa vote dan komen ya

Samapi jumpa....

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang