Lupa

757 81 7
                                    

Bel pertanda istirahat akhirnya berbunyi, terdengar helaan nafas dari teman sekelas Riyuna karena mereka habis  belajar fisika bersama gurunya yang baik abis.

Tere berjalan kearah meja Jeje dan Riyuna yang tampak membereskan buku mereka.

"Kantin gak?" tanya Tere dengan wajahnya yang berbinar. Bagaimana tidak, sedari tadi dia selalu mampu menjawab pertanyaan yang guru fisika itu tanyakan. Berbeda dengan Jeje yang sama sekali tidak bisa menjawab karena pikirannya sedang melayang entah kemana, sedangkan Riyuna hanya mampu menjawab beberapa saja.

"GAK" ketus Jeje sambil menenggelamkan wajahnya ke tumpuan tangannya
"Lo kenapa lagi?" Tere bertanya sembari mengguncang tubuh Jeje yang tak memberi respon sama sekali.

"Mungkin dia lagi badmood " jawab Riyuna
"Yaudah na, kantin yuk. Biar gue yang nraktir" ujar Tere, sepertinya gadis itu sedang lapar

"Tapi Jeje gi–"
"Gue ikut"

Tiba-tiba Jeje langsung bangkit sambil menyengir kuda
"Ello kalau denger kata traktir langsung gerak" Tere memutar bola matanya

"Hehehe, biasa. Kayak gatau aja lo" jawab Jeje  masih menyengir
"Kamu kok badmood sih ke?" tanya Riyuna sambil membetulkan posisi dan bentuk dasinya
"Gue gak terima aja, masa kalian di perpus gue di lapangan baris" kali ini wajah Jeje sudah berubah masam. Terdengar tawa terbahak-bahak dari sebelah kiri Jeje yang ternyata adalah suara Tere
"Makanya jangan bar-bar" jawab Tere sambil melanjutkan acara tertawanya.

"Yayayayaya" ujar Jeje sambil memutar bola matanya dan berjalan lebih cepat.

Sesampainya di kantin Jeje langsung duduk di bangku dan meja yang masih kosong, menopang dagu dengan muka yang cemberut.

"Je, lo tahu gak ada murid bar–"
"Tau gue..." Potong Jeje lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursinya
"Ya si bar-bar lagi PMS" celetuk Tere membuat Jeje menatapnya tajam.

"Eh na, bajunya si Ardo udah elo cuci Lom?" tanya Tere tiba-tiba

Riyuna langsung membelalak dan menepuk jidatnya, "aduh aku lupa, bajunya masih di dalam keranjang kain kotor" panik Riyuna sambil menatap sekeliling

"Yah, bahaya nih"
"Mampus dah Lo, hadapin Sono si singa jantan" ujar Jeje memanas-manasi Tere

Riyuna mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ardo a.k.a si singa jantan yang Jeje maksud, pandangan Riyuna berhenti pada sebuah meja pojok yang di huni oleh 6 pria, Riyuna terkejut karena salah satu dari mereka sedang menatap Riyuna juga, Riyuna langsung membelalakkan matanya dan segera memutus kontak mata itu.

"Gimana dong?" tanya Riyuna dengan wajah paniknya, kakinya tak hentinya bergerak sangking paniknya

"Gue juga bingung na" Tere menggaruk kepalanya yang tak gatal. Raut wajah keduanya langsung masam seperti habis memakan melon mentah-mentah, berbeda dengan Jeje yang tampak santai dan bodo amat.

"Ya elah, lo samperin aja si singa, trus ngomong baek-bark, kalau dia nyolot tinggal balas nyolot aja" ujar Jeje yang tampaknya tak memberi solusi. Riyuna mendengus kasar begitu juga dengan Tere.

"Gini aja, Ter lo samperin si Ardo trus ngomong baek-baek"
"Iya gitu aja kali ya?"

"Berat nya di gue anjir" tolak Tere
"Ya iya lah, kan lo yang salah, harusnya lo tanggung jawab" kali ini raut wajah Jeje nampak lebih serius

"Hufftt" Tere menghela nafasnya dengan kasar, tetapi ia bangkit lalu berjalan dengan pelan dan penuh keraguan kearah meja pojok.

"Ekhem" Tere berdehem sambil menggaruk tengkuknya, jangan ditanya bagaimana kondisi jantungnya saat ini, sampai-sampai kakinya sampai gemetaran akibat degup jantungnya yang tak bersahabat.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang