.
..
...
....Bukankah waktu berlalu begitu cepat?
Rasa manis pada secangkir kopi di pagi hari ikut habis seiring mengalirnya kopi di dalam tenggorokan. Cangkir yang kosong menggambarkan bahwa waktu benar-benar berjalan walau tanpa kita minta.
Riyuna tersenyum cerah menatap pria yang melambaikan tangannya dengan gaya sangat keren di lapangan basket, dengan Jersey bertuliskan angka 25 pria itu dengan bangga menunjukkan jerseynya ke arah tribun penonton lalu mengedipkan sebelah matanya.
Riyuna hanya bisa tersenyum malu-malu melihat tingkah pria itu, gadis itu sesekali berdecak ketika Ardo melakukan selebrasi yang terlalu berlebihan hingga membuat para gadis lain menatap Riyuna dengan sedikit tak suka, karena setiap selebrasi pria itu selalu menatap Riyuna, tak jarang pria itu berteriak dan menyebut nama Riyuna. Sangat aneh bukan jika mengingat seorang Ardo yang jarang sekali terlihat aktif di luar.
Ardo yang terlihat berkharisma di lapangan basket tampak begitu lihai memainkan permainannya, begitu juga dengan rekan setimnya.
Agroyes, pria itu hanya tersenyum tipis setiap kali ia berhasil mencetak poin untuk sekolah mereka, sesekali matanya melirik ke arah tribun penonton, menatap gadis yang tersenyum lebar dan kadang tersipu malu. Yah, sayangnya senyuman itu bukan tertuju padanya, tetapi pada sahabatnya.
Agroyes terlalu memusatkan perhatian pada Riyuna setiap kali ia melihat Ardo yang menatap ke gadis itu, namun hal yang tak Agroyes sadari adalalah seorang gadis yang sedari awal permainan terus memperhatikan pergerakan dirinya.
Gadis itu tersenyum begitu cerah setiap kali Agroyes berhasil mencetak poin dengan sempurna, senyumannya tak pernah surut yang menghiasi wajah tegas pria itu, walau gadis itu tahu setiap kali mata pria itu berkelana ke arah bangku penonton, bukan dirinya yang pria itu cari.
Terenia, gadis itu maklum jika perasaan yang ia miliki pada Agroyes bukanlah kesalahan, dan ketika perasaan yang ia miliki itu tak mendapat balasan ia juga tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Benar kata orang-orang, cinta tak bisa dipaksakan.
Ini bukan seperti kegiatan tawar menawar yang terjadi di pasar tradisional, kita bisa memaksa pedagang untuk menurunkan harga sampai harga sesuai dengan yang kita minta.
Namun perasaan bukanlah hal yang sesimpel itu, sekeras apapun kita memaksa orang untuk memiliki perasaan yang sama dengan kita, itu akan sangat sulit.
Cinta itu rumit dan melelahkan.
∆∆∆∆∆∆
"Jangan gunting rambut lo ya." Ardo mengelus rambut Riyuna yang tergerai indah. Pria itu begitu kecanduan dengan rambut Riyuna di hari pertama keramas, sangat harum dan memikat.
Riyuna mengangguk lalu memberikan ikat rambut yang sedari tadi ia cari di dalam tas sekolahnya.
Ardo menerima benda tersebut dan mulai menguncir Surai sang pujaan hati dengan penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful To Remember You
FanfikceIni kisah Riyuna, gadis yang terbilang biasa saja dalam segala hal namun tidak dengan ketulusannya. Perjalanan hidupnya yang awalnya biasa saja, yang terbilang datar, yang penuh dengan ketenangan harus berubah saat dia tanpa sengaja menyaksikan seca...