Riyuna tak mengerti dengan takdir yang sedang ia saksikan pada seorang pria paruh baya yang terlihat lesu di sebelah brankar rumah sakit. Dari kaca jendela salah satu ruangan yang ada di rumah sakit besar itu, Riyuna dapat menyaksikan pria paruh baya yang telihat mantap penghuni brankar dengan kesunyian. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut pria paruh baya itu.
Pergerakan pada tangan pria itu yang terangkat dan menyapu wajahnya menunjukkan bahwa pria itu sedang menangis.
Istrinya yang tidak diketahui kejelasannya, putra sulungnya yang memilih meninggalkan Indonesia dan putra bungsu yang membencinya, tak pernah menganggapnya ada dan kini putra yang ia sayangi itu terbaring di atas brankar rumah sakit. Sungguh takdir yang rumit dan menyedihkan. Riyuna tak tahu apa yang membuat pria itu tetap kuat dngan kenyataan pahit hidupnya itu.
Riyuna berbalik dan menjauh dari sana, belakangan ini udara segar jarang sekali ia rasakan, ia semakin tak fokus menghadapi pelajaran di sekolah, padahal kurang dari sebulan lagi mereka akan menghadapi ujian kelulusan. Setiap hari keadaan Ardo yang tak kunjung membaik selalu menghantui pikiran gadis itu, tak hanya Riyuna, Agroyes dan teman-teman Ardo yang lain juga mengalami yang sama, namun tentu saja Riyuna merasakan hal yang lebih parah.
Tiga bulan berlalu semenjak kecelakaan yang menghebohkan sekolah Bintang Merah itu sudah berlalu, kecelakaan yang telah direncanakan oleh orang-orang tertentu itu membuat pria dengan wajah tampan itu terbaring lemah diatas branakar dengan status Koma.
Rsa penasaran dan pertanyaan-pertanyaan kapan kira-kira pria itu akan sadar terus bermunculan di benak orang-orang. Bahkan tak jarang orang menyatakan persepsi bahwa kemungkinan untuk pria itu akan sadar adalah hal yang mustahil, mengingat belum beberapa waktu sebelum kecelakaan parah itu terjadi, Ardo juga mengalami kecelakaan. Sangat menyedihkan.
...
Menatap seorang gadis dengan kaca mata dan kemeja kotak-kotak hijau yanng sedang duduk di depannya dengan tidak bersemangat. Agroyes berdecak ketika melihat pena yang bergerak di atas lembaran kertas itu menciptakan tanda x yang menggambarkan bahwa yang sudah ia kerjakan itu ternyata salah.
Yonita, gadis yang duduk di bangku kuliah semester 7 itu menghela nafas lalu mengembalikan lembaran kertas yang sudah ia koreksi kepada anak didiknya.
"Masih banyak yang salah," ujarnya kemudian menatap Agro yang terlihat lesu. "lo itu kelihatan banget ga belajar, jawaban yang benar udah gue kirim dari WA." gadis itu meraih tasnya lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Berhubung waktu udah habis, kita akhiri les privat hari ini, hari senin gue bakalan kasi soal lagi. kalau lo masi belum bisa jawab gue ga tahu lagi harus apa." Yoni berdiri lalu berlalu dari hadapan Agroyes.
Sepeninggalan gadis itu Agroyes berdecak kesal lalu mengacak-acak rambutnya yang memang tak lagi rapi. Sedari awal Agroyes tak pernah setuju jika gadis Kuliahan bernama Yonita itu menjadi guru privat nya. Selain karena Agro memang tak suka belajar, wajah judes dan jutek milik Yonita sangat mengganggu Agro. Kalau sudah dimarahi oleh Yonita, Agro akan selalu teringat dengan tutornya yang dulu, pria itu menggeleng lalu memutuskan untuk lanjut belajar walau ia tahu malam ini adalah malam minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grateful To Remember You
FanfictionIni kisah Riyuna, gadis yang terbilang biasa saja dalam segala hal namun tidak dengan ketulusannya. Perjalanan hidupnya yang awalnya biasa saja, yang terbilang datar, yang penuh dengan ketenangan harus berubah saat dia tanpa sengaja menyaksikan seca...