Forget me? Huh..

140 19 2
                                    

Matahari yang bersinar begitu terik hingga menciptakan peluh yang membasahi dahi tak mengurungkan niat seorang gadis dengan seragam olahraga khas SMA Bintang Merah 2 itu terus berlari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari yang bersinar begitu terik hingga menciptakan peluh yang membasahi dahi tak mengurungkan niat seorang gadis dengan seragam olahraga khas SMA Bintang Merah 2 itu terus berlari.

Kabar bahagia yang ia terima tak didukung oleh uang sakunya yang telah menipis, terpaksa ia harus berlari ke persimpangan jalan agar bisa menaiki kendaraan umum yang pastinya lebih murah dan didukung oleh kantongnya.

Sepanjang berjalanan tak sekalipun senyuman itu surut dari wajahnya yang terlihat lelah, jantungnya berdetak begitu kencang sangking bahagianya ia mendengarkan kabar bahwa Ardo telah siuman.

Pemandangan gedung rumah sakit yang berdiri di hadapannya membuat mata gadis itu berkaca-kaca, "akhirnya ya Tuhan." Riyuna tersenyum haru. "Akhirnya setelah sekian kali aku ke tempat ini, kali ini kabarnya sangat membahagiakan." tuturnya lalu berjalan dengan cepat.

Di depan sana, di lorong itu banyak orang yang telah berkumpul.

Namun ada satu hal yang membuat Riyuna tak senang. Wajah teman-temannya yang terlihat tak bersemangat, seolah kabar akan sadarnya Ardo dari masa vegetatif nya bukan kabar yang membahagiakan bagi mereka.

"Na..." Tere mendekat, mendekap Riyuna dengan perasaan yang campur aduk.

"Kenapa? Kalian kok kayak ga bahagia gitu?" Riyuna bertanya, pandangannya menyapu seluruh teman-temannya yang terlihat menatapnya.

Tere melerai pelukannya, "kata dokter, Ardo lupa ingatan."

Bak disambar petir, tubuh Riyuna langsung lemas. Ubun-ubun terasa panas dengan hati yang seolah tertusuk benda tajam. Sakit.

"Om Tomy lagi ngobrol bareng Ardo," Tere berucap.

Tiba-tiba pria paruh baya itu keluar dari ruangan Ardo dengan wajah masamnya, ia menatap teman-teman sang putra dengan perasaan campur aduk.

"Kalian boleh masuk." ujarnya lalu berlalu dari sama. Namun sebelum benar-benar berlalu, pria itu menatap gadis dengan keringat di dahi itu dengan tatapan kasihan.

Riyuna menatap punggung pria itu yang perlahan hilang dimakan oleh jarak, hati Riyuna semakin teriris mengingat kenyataan pahit yang pria itu jalani.

"Na... Ayo! Lo ga mau masuk?" Jeje yang sedari tadi terdiam di ambang pintu mengeluarkan suaranya.

Riyuna mengangguk lalu berjalan di belakang Tere, ruangan yang tak lagi asing bagi Riyuna itu kini terlihat cukup ramai. Gadis itu tersenyum kala matanya bersitatap dengan mata pria yang duduk di atas brankar.

Namun pria itu tampak acuh dan seolah tak nyaman dengan senyuman yang Riyuna tebar.

"Apa kabar bos?"

"Gue baik."

Azkiel maju lebih dekat dengan Ardo, "lo ingat kita 'kan?" dengan perasaan was-was pria itu menatap Ardo dengan penuh harap. Berharap pria itu akan mengangguk.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang