Unik dan Berkesan

201 23 3
                                    

Duduk sembari menatap ujung sepatu yang melekat di kakinya, menggerakkan kakinya maju dan mundur secara bergantian hanya untuk menunggu seseorang yang sedari tadi belum juga keluar dari ruangan Kepala sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk sembari menatap ujung sepatu yang melekat di kakinya, menggerakkan kakinya maju dan mundur secara bergantian hanya untuk menunggu seseorang yang sedari tadi belum juga keluar dari ruangan Kepala sekolah. Gadis itu sudah bolak-balik memainkan ponselnya lalu kemudian mematikannya lagi, ia sudah sangat bidan karena terlalu lama menunggu.

Tak selang beberapa lama, pintu ruangan terbuka dan memunculkan Ardo dengan wajah datarnya. Ia menunjukkan senyum simpulnya ketika menatap punggung seorang gadis yang masih tetap berada di tempat awal perpisahan mereka.

Menyadari kedatangan Ardo, Riyuna langsung berdiri dan membalikkan tubuhnya menghadap Ardo yang berjalan ke arahnya.

"Gimana...gimana?" Riyuna bertanya antusias.

Ardo berdehem, "cuman dikasi motivasi aja.", ujarnya kemudian terkekeh.

Riyuna menghela nafasnya, "enak banget yang jadi anak Yayasan." cibirnya karena sedikit tak suka. Pasalnya Ardo memang melakukan kesalahan dengan bertengkar di lingkungan sekolah dengan anak sekolahan lain.

Itu memang bukan murni kesalahan pria itu, ia hanya meladeni musuhnya yang tiba-tiba dengan sok berani mencari keributan di lingkungan sekolah. Tapi Ardo juga salah, karena sebelum ia berkelahi dengan musuhnya itu ia membolos di jam pelajaran kedua, dan itu hanya seorang diri.

"Ayo pulang," Ardo menarik lengan Riyuna dengan pelan sembari menatap langit yang menampilkan awan gelap. Sepertinya akan turun hujan. "Nanti anak lo juga bakalan ngerasain yang gue rasain kok. Privilege gue menurun ke dia nanti, tenang aja." ujar Ardo sambil tersenyum, namun Riyuna malah mengernyit tak paham.

"Kayak mau hujan, ya." ujar Riyuna ikut menatap langit.

Ardo mempercepat langkahnya menuju parkiran sekolah, secara otomatis Riyuna ikut mempercepat langkahnya karena lengannya berada di genggaman pria itu.

Dan benar saja, saat tiba di parkiran hujan langsung turun tanpa diminta. Berjatuhan dengan rintik yang tak terkira, membasahi lapangan outdoor dan segala tanaman yang tidak dilindungi oleh anti hujan.

"Kepala sekolah kayanya terlalu banyak ngomong kalimat motivasi ya, sampai-sampai hujan ikutan terharu mendengarkan." Kekeh Riyuna yang merasa lucu dengan hari ini.

Ardo menunduk dan menatap Riyuna yang sedang tersenyum memandang rintikan hujan yang berjatuhan.

"Lo suka hujan?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Ardo.

Riyuna menoleh dengan senyuman yang sedikit memudar, digantikan dengan ekspresi berpikir ala dirinya sendiri, "iya dan enggak." Jawabnya jujur.

Mendapati raut kebingungan Ardo, Riyuna terkekeh lalu kembali menatap hujan.

"Aku suka hujan ketika aku memang menginginkan dia datang, bukan berarti setiap kali rintiknya membasahi bumi aku akan selalu menyukainya. Ada kalanya aku lebih suka ia tak datang." ujar Riyuna sok puitis.

Grateful To Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang